REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman merupakan salah satu daerah Indonesia yang begitu banyak terdapat candi-candi. Sayang, secara kasat mata bisa terlihat jika promosi yang diberikan cukup maksimal kepada candi-candi populer, belum dapat terasa diberikan kepada candi-candi non-populer.
Bupati Sleman, Sri Purnomo mengakui, promosi memang cukup banyak diberikan Pemerintah Kabupaten Sleman kepada candi-candi yang sudah lebih dulu populer seperti Prambanan, Ratu Boko maupun Borobudur. Ini tentu bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Jawa Tengah, mengingat lokasi Borobudur.
Untuk pengelolaan, ketiganya memang masuk ke dalam Taman Wisata Candi, yang secara manajemen bisa dibilang sudah begitu rapi. Karenanya, promosi yang ada kepada candi-candi itu cukup masif, dan ketiganya dijadikan sebagai salah satu aspek promosi baik untuk Kabupaten Sleman maupun Jawa Tengah.
"Itu bagian dari kami mempromosikan, untuk promosi wisata memang sekarang banyak kita tampilkan Prambanan, Ratu Boko termasuk Borobudur," kata Sri saat ditemui Republika di Griya Persada Hotel Kaliurang beberapa waktu lalu.
Namun, ia membantah bila promosi yang diberikan kepada candi-candi tersebut, diartikan Pemerintah Kabupaten Sleman tidak memberikan perhatian kepada candi-candi lain. Sri menekankan, Pemkab Sleman tetap memberikan perhatian kepada candi-candi lain, terutama dalam pengelolaannya.
Apalagi, lanjut Sri, Kabupaten Sleman tengah berupaya keras untuk mewujudkan diri sebagai Kota Seribu Candi. Maka itu, ia menilai, promosi yang selama ini dilakukan tidak lain untuk menarik wisatawan untuk datang mengunjungi Sleman, yang memang banyak fokus ke candi-candi yang telah dikenal.
"Jadi bagian promosi kita untuk Kabupaten Sleman sebagai Kota Seribu Candi, kita promosikan kepada wisatawan supaya akhirnya bisa berkunjung," ujar Sri.
Kondisi itu justru memunculkan suatu ironis, mengingat Kota Seribu Candi yang dijadikan sebagai tujuan seharusnya membuat perhatian kepad candi-candi jadi meningkat. Namun, kenyataan di lapangan, promosi yang ada seakan tetep fokus kepada candi-candi yang sudah dikenal masyarakat luas.
Meski begitu, ia menegaskan jika candi-candi itu merupakan warisan budaya nenek moyang, dan sudah menjadi kewajiban generasi penerus untuk menjaganya. Untuk itu, Sri mengaku akan mendorong perhatian agar dapat pula diberikan kepada candi-candi non-populer, terutama untuk promosinya.
"Itu candi-candi semuanya merupakan warisan budaya nenek moyang kita, harus kita lestarikan jangan sampai ada orang yang merusak," kata Sri.