Ahad 15 Oct 2017 01:33 WIB

Ini Pidato Lengkap Djarot Sebelum Lepas Jabatan Gubernur

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (tengah) berpidato didampingi Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi (kanan) dan penyanyi Titiek Puspa (kiri) saat acara Kaleidoskop dan Terima Kasih Gubernur 2012-2017, di Lapangan Banteng, Jakarta, Sabtu (14/10). Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai penyampaian apresiasi kepada Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 yang dipimpin Jokowi, Ahok, dan Djarot.
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (tengah) berpidato didampingi Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi (kanan) dan penyanyi Titiek Puspa (kiri) saat acara Kaleidoskop dan Terima Kasih Gubernur 2012-2017, di Lapangan Banteng, Jakarta, Sabtu (14/10). Kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai penyampaian apresiasi kepada Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017 yang dipimpin Jokowi, Ahok, dan Djarot.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menghadiri di acara 'Kita Gak Lupa' yang diselenggarakan Relawan Basuki-Djarot (Badja) di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (14/10) sekitar pukul 20.00 WIB. Warga yang telah menanti sejak siang hari menyambut kedatangan Djarot dengan riuh tepuk tangan.

Mengenakan jas hitam berdasi merah garis-garis, Djarot berdiri di antara penyanyi legendaris Titiek Puspa dan Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi. Tepat empat jam sebelum melepas jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta melanjutkan Jokowi dan Ahok di periode 2012-2017, Djarot menyampaikan pidato terakhir di hadapan ribuan pendukung dan relawan. 

Berikut pidato lengkap Djarot.

Sebelah kanan sayan ada Titiek Puspa yang luar biasa. Beruntung betul Indonesia punya eyang Titiek Puspa. Di sebelah saya ada Prasetyo Edi Marsudi, yang sekarang diberikan amanat dan ketua DPRD provinsi dki jakarta, yang nanti akan mengawal kota Jakarta. 

Di belakang kita ada bung Rendy beserta seluruh relawan basuki djarot yg luar biasa.

Kampanye sudah selesai, sekarang salam damai, Peace! Damai, damailah Indoesia, damailah Jakarta, damailah hati kita masing-masing untuk semakin mencintai Jakarta dan Indonesia.

Bisa menjaga kedamaian? Bisa tertib? Ini yg membanggakan saya. Tadi pada saat saya kesini, saya telepon Ibu Veronica, dan saya sampaikan apakah ibu Vero bisa ke Lapangan Banteng? tidak bapak Djarot saja. Tapi Pak Ahok kirim salam untuk yang hadir disini.

Saudara-saudaraku, kita ada di satu lokasi yang sangat bersejarah. Di belakang kita itu ada patung pembebasan Irian Barat, dan Irian Barat itu sudah masuk ke pangkuan Ibu Pertiwi berkat seluruh kerja keras dan gotong royong, dan perjuangan masyarakat Indonesia.

Di patung ini adalah patung pembebasan pada kolonialisme, pembebasan pada imperialisme dan pembebasan pada eksploitasi. Ini tempat yang bersejarah. Jadi saya menyampaikan terima kasih kepada seluruh relawan dan seluruh warga disini untuk berkumpul di temoat yg bersejarah ini pada bulan Oktober, dimana kita nanti akan memperingati sumpah pemuda.

Apakah supah itu masih ada di dalam hati kita? Ada? Apakah sumpah itu masih tertanam di hati kita? Kita sudah mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia. Kita sudah mengaku bertumpah darah yang satu tumpah darah Indonesia. Kita semua mengaku menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Artinya kita Indonesia yang tadi saya betul-betul bangga. Berada di tengah-tengah barisan Indonesia, itulah Indonesia. Pemilihan apapun juga, di dalam demokrasi itu hanyalah sarana. Itu hanyalah alat. Secara substansi pemilihan itu adalah untuk memilih pemimpin. Yang harusnya dipilih adalah pemimpin harus paham betul tentang tata pemerintahan. Betul?

Saya ingin tanya kepada kalian semua. Apakah kalian menyesal untuk memperjuangkan Basuki-Djarot pada saat itu? Betul?

Saya melihat raut-raut muka yang penuh harapan yang luar biasa.

Saya bertemu dengan tatapan optimisme untuk semakin mencintai Indonesia. Betul? Jangan pernah bersedih. Bung Karno menyampaikan kepada kita semua, apa itu kesabaran revolusioner. Dan saya minta kalian semua bersabar. Tetapi jangan pernah berhenti mencintai Indonesia. kita tetap berjuang demi Bhineka Tinggal Ika. Kita tetapi berjuang di bawah panji-panji Ideologi Pancasila. Kita terus memperjuangkan dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas dan Rote.

Saudara-saudara, dalam kesempatan yang baik ini saya sebagai penutup estafet kepemimpinan mulai dari pak Jokowi, Pak Ahok, dan sampai saat ini. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada saudara-saudara semua. Kepasa seluruh warga Jakarta di dalam membangun Jakarta yang hasilnya kita lihat seperti sekarang ini. Terima kasih.

Tetapi nanti jam 24.00, saya harus meninggalkan tugas sebagai gubernur. Tugas sudah kami emban. Kewajiban sudah kami kerjakan dengan sebaik-baiknya. Jam 24.00, saya kembali sebagai warga negara seperti kalian. Kita semua berdaudara.

Saudara sebangsa dan setanah air, tetapi ingat, saya minta kalian semua bisa menerima apapun di Jakarta dengan kesabaran revolusioner tadi. Dan tetap mengawal proses pembangunan di Jakarta kedepan. Kita akan kawal betul. Untuk mencintai, memelihara, dan merawat. Tidak boleh kalian semua untuk merusak dan mengobrak abrik Jakarta, tidak boleh!

Kita harus mengawal, memelihara dan tetap mengontrol pemerintahan lima tahun ke depan. Ini yang perlu saya titipkan ke Ketua DPRD. Makanya sengaja Pak Pras saya undang kesini untuk bisa mengetahui dan mengawal pembangunan Jakarta ke depan.

Saudara-saudara, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya yg mengirim bunga berdatangan terus menerus tiada henti. Penuh sesak katanya sampai tiga saf karena gak cukup. Betul-betul saya merasa bangga, saya merasa mulia, dan sangat terhormat untuk bekerja besama-sama dengan kalian, bersama dengan seluruh rakyat Jakrarta. Semakin kita mencintai Indonesia. Dan tetap tunjukan inilah indonesia. Jadi sekali lagi salam damai!

Damai damai dan kita jaga betul jakarta. Tunjukan betul kalau kita warga jakarta yang baik. Terimakasih dan kita tetap berjuang untuk Indonesia. 2018, 2019 kita berjuang lagi untuk Indonesia.

Merdeka! Merdeka!

Terima kasih kurang lebihnya mohon maaf kalau ada salah-salah, salah kata, salah ucap, dan salah tindak apa yang disampaikan Pak Ahok, atau saya maupun pak Jokowi, Kami mohon maaf yang sedalam-dalamnya.

Saya akan sampaikan salam kalian semua kepada pak ahok yang insya allah saya besok akan datang ke tempat pak Ahok. Terima kasih," kata Djarot menutup pidatonya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement