Rabu 11 Oct 2017 08:34 WIB

Panglima TNI Enggan Komentari Lagi Soal Senjata

Panglima TNI Gatot Nurmayanto (ketiga kanan) memberikan sambutan pada malam penganugerahaan Festival Film Nusantara di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (10/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Panglima TNI Gatot Nurmayanto (ketiga kanan) memberikan sambutan pada malam penganugerahaan Festival Film Nusantara di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo enggan berkomentar lagi terkait pengadaan senjata Korps Brimob Polri. Jenderal Gatot juga enggan menjawab saat ditanya mengenai isu pemanggilan dirinya oleh DPR RI.

"Saya hanya (berkomentar) tentang film saja," ujar Gatot saat ditemui pada acara Festival Film Nusantara (FFN) yang digelar Mabes TNI di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta, Selasa (10/10) malam.

Gatot juga tidak mengindahkan pernyataan wartawan soal amunisi senjata yang dibeli Korps Brimob Polri. Panglima TNI hanya melempar senyum kemudian segera berlalu dengan kawalan sejumlah staff.

Sebelumnya ia sempat menjelaskan terkait tujuan diadakannya FFN tersebut. Mantan KASAD itu juga sempat memaparkan rencana pembuatan film Malahayati, seorang pejuang wanita yang namanya banyak diabadikan di TNI Angkatan Laut (AL).

Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Wuryanto menjelaskan amunisi senjata Stand Alone Grenade Lancher (SAGL) yang dibeli Korps Brimob Mabes Polri tergolong amunisi tajam ukurannya tidak sesuai standar.

Bahkan Apabila mengacu Inpres Nomor 9 tahun 1976 tentang pengawasan dan pengendalian senjata api, maka kaliber amunisi Brimob ini sudah masuk standar militer, yakni 5,56 mm.

Oleh karena itu, kata ia, amunisi SAGL itu sejak Senin malam (9/10) dipindahkan ke Mabes TNI, namun senjata SAGL sudah diserahkan ke kepolisian. "Polri masih bisa menggunakan senjata SAGL, yang amunisinya diganti granat asap yang sesuai standar nonmiliter," tuturnya.

Seperti diketahui, amunisi yang dibeli Brimob merupakan amunisi tajam, yang memiliki radius mematikan 9 meter dengan jarak capai 400 meter," kata Kapuspen TNI saat jumpa pers, di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa.

Keistimewaan amunisi ini adalah setelah meledak, kemudian meledak kedua dan menimbulkan pecahan logam-logam kecil yang dapat melukai dan mematikan. Bahkan, amunisi ini bisa meledak sendiri tanpa benturan setelah 14-19 detik lepas dari laras senjata. "Ini luar bisa. TNI tidak punya senjata seperti itu," kata Wuryanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement