Selasa 10 Oct 2017 16:31 WIB

Angkutan Daring di Jabar tak Beroperasi pada 10-13 Oktober

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Andri Saubani
Sejumlah sopir angkot melakukan sweeping terhadap kendaraan yang diduga transportasi daring atau online saat aksi mogok dan berunjuk rasa di Palembang, Sumatra Selatan, Senin (21/8).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Sejumlah sopir angkot melakukan sweeping terhadap kendaraan yang diduga transportasi daring atau online saat aksi mogok dan berunjuk rasa di Palembang, Sumatra Selatan, Senin (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Penolakan terhadap angkutan online atau daring di Jawa Barat kembali terjadi. Pengemudi angkutan konvensional yang tergabung dalam Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi (WAAT) Jawa Barat berencana menggelar aksi unjuk rasa dan mogok massal selama empat hari. Namun, rencana tersebut batal setelah beraudiensi dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan

Menyikapi hal tersebut, pengemudi angkutan online yang tergabung dalam Perkumpulan Pengemudi Online Satu Komando (Posko) Jawa Barat (Jabar) menyepakati agar angkutan online untuk tidak beroperasi sejak 10-13 Oktober. Koordinator Lapangan Posko Jabar Tezar Dwi Aryanto mengatakan, keputusan ini untuk menjaga kondusivitas di Bandung Raya.

"Kami menyepakati dan mengimbau kepada seluruh komunitas online se-Bandung Raya agar tidak menimbulkan gesekan dengan pihak konvensional maka kami dari Posko Jabar mengajak seluruh anggota pada tanggal 10-13 Oktober 2017 melakukan offbid (tidak bekerja) serentak," kata Tezar saat dihubungi, Selasa (10/10).

Tezar mengatakan, imbauan ini dilakukan demi menciptakan suasana yang kondusif di Jawa Barat. Apalagi Dishub dan pihak kepolisian serta angkutan konvensional berencana merazia keberadaan angkutan online seperti dalam kesepakatan dengan gubernur bahwa angkutan online tidak boleh dulu beroperasi.

Ia menyebutkan, pihaknya juga akan melakukan sweeping untuk memastikan tidak ada angkutan online yang beroperasi. Pasalnya, kemungkinan besar masih ada pengemudi yang nekat melayani penumpang karena memang permintaan transportasi online juga dibutuhkan masyarakat. "Tapi ya mungkin ada aja yang beroperasi karena nekat. Tapi tetap kita akan ingatkan dengan melakukan sweeping," ujarnya.

Pihaknya pun mempersilakan pengemudi online kembali beroperasi setelah empat hari dan suasana sudah kondusif. Menurutnya, di tengah suasana panas penolakan angkutan online yang kembali digaungkan, ia mengaku tak ingin ada bentrok antara pelaku transportasi konvensional dengan online.

"Setelah offbid dilaksanakan selama empat hari, seluruh rekan-rekan dipersilahkan beraktivitas online kembali seperti biasa," ucapnya. Saat ini, anggota pengemudi online yang tergabung dalam Posko Jabar dikatakannya ada sekitar 7.000 anggota di Bandung Raya serta 2.000 pengemudi di sekitar Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Garut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement