REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Bandara Internasional Lombok (BIL) di Praya, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) bersiap diri mengantisipasi kondisi yang terjadi di Gunung Agung, Bali. BIL ditunjuk sebagai salah satu bandara yang menjadi alternatif apabila Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali ditutup karena kondisi Gunung Agung yang kini berstatus Awas.
"Kami di sini punya SOP dalam penanganan kondisi yang berdampak terhadap penerbangan akibat kalau adanya erupsi gunung," ujar General Manager BIL I Gusti Ngurah Ardita di BIL, Lombok Tengah, NTB, Senin (9/10) kemarin.
Ardita mengatakan, manajemen BIL memiliki pengalaman menangani persoalan kebencanaan, seperti saat meletusnya Gunung Barujari -anak Gunung Rinjani- pada tahun lalu. Ardita mengungkapkan, jika Gunung Agung meletus, besar kemungkinan akan ada divert atau pengalihan pendaratan pesawat yang sedang menuju atau dari Bali.
Lombok sebagai daerah terdekat, kata Ardita, berpeluang menjadi alternatif pendaratan bagi pesawat-pesawat tersebut. "Kalau Bali closed (tutup), ada kemungkinan divert pesawat karena kejadian alam kan tidak direncanakan, tiba-tiba saat penerbangan sudah berlangsung maka perlu pengalihan penerbangan," lanjut Ardita.
Menurut Ardita, dalam kondisi normal, BIL mampu menampung limpahan dua hingga tiga pesawat berbadan menengah, dan satu pesawat berbadan lebar. Hal ini juga melihat kondisi pergerakan pesawat di BIL sendiri. "Intinya untuk pengalihan dalam kondisi kondisi tertentu. Kami sudah siap," ungkap Ardita.
Selain itu, Ardita juga mempersiapkan jika letusan Gunung Agung berdampak bagi operasional BIL. Potensi penutupan BIL akibat dampak letusan Gunung Agung, lanjut Ardita, tergantung seberapa besar letusan dan juga arah anginnya.
"Kalau Bali close dan di sini (Lombok) juga close, tentu ada alternatif pengalihan di tempat lain, apakah Surabaya atau Ujungpandang, atau balik ke Jakarta," kata Ardita.