Senin 09 Oct 2017 17:56 WIB

Jembatan Kaca Rancangan Mahasiswa UMM Diresmikan

Jembatan kaca Jodipan.
Foto: Wilda Fizriyani
Jembatan kaca Jodipan.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kehadiran jembatan kaca menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Kota Malang. Jembatan yang merupakan karya dua mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Khairul Ahmad dan Mahatma Aji Pangestu, itu kian mempercantik keberadaan kampung tematik, yakni Kampung Warna-warni Jodipan (KWJ) di Kelurahan Jodipan dan Kampung Tridi di Kelurahan Kesatrian, Kota Malang, Jawa Timur.

Diresmikan Senin (9/10), jembatan yang berdiri di atas Sungai Brantas ini sekaligus menjadi jembatan kaca pertama di Indonesia. Desain jembatan kaca yang dinamai Ngalam Indonesia ini dipercayakan pada Khairul dan Aji lantaran pengalaman mereka sebagai juara Kontes Jembatan Indonesia dan Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia pada 2015.

Khairul dan Aji mulai mendesain jembatan pada Januari 2017. Langkah awal dimulai dengan meninjau lokasi Jodipan dan Kesatrian untuk mengetahui topografi. Dari hasil analisis lapang, Khairul dan Aji mulai mendesain jembatan dan kemudian dibangun pada April 2017.

"Kita menawarkan tiga bentuk jembatan, yang pertama tipe busur atau melengkung, tipe futuristik dan tipe cable stayed. Kemudian model cable stayed ini yang disetujui Rektor UMM karena ada segi estetikanya," ujar mahasiswa yang pernah menjuarai Kontes Jembatan Indonesia (KJI) pada 2015.

Wali Kota Malang Mochamad Anton mengaku salut dengan kreativitas mahasiswa UMM. "Dengan rampungnya jembatan ini, semoga saja minat wisata di Kota Malang khususnya KWJ dan Kampung Tridi semakin meningkat. Dengan begitu kan bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar. Apalagi  jembatan kaca karya UMM ini pertama dan satu-satunya di Indonesia," ujarnya, dalam siaran pers.

Jembatan yang mengubungkan KWJ dan kampung Tridi ini didominasi warna kuning emas, dengan panjang 25 meter dan lebar 1,25 meter sehingga bisa digunakan dua jalur atau dua orang yang berjalan berpapasan. Diestimasikan, jembatan dapat menampung sekitar 50 orang dan menanggung beban 250 kilogram.

Sebelum jembatan dibangun, wisatawan yang ingin menikmati kedua sisi kampung harus menaiki puluhan anak tangga dan memutar lewat Jembatan Brantas. Munculnya Jembatan Kaca menjadi fasilitas baru bagi warga sekaligus alternatif bagi pengunjung. Diharapkan, selain mempermudah akses, kekerabatan antar kampung pun kian rekat untuk mempercantik Kota Malang.

Selain itu, lantaran berlantai kaca, warga dan pengunjung diajak menikmati pemandangan dasar sungai dari atas jembatan. Kaca yang transparan memiliki sensasi tersendiri layaknya Jembatan Kaca di Zhangjiajie Cina. Kini, jembatan kaca menjadi spot foto baru bagi netizen yang kerap mengunggah foto-foto menariknya di media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement