REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman banjir dan longsor. Hal tersebut diserukan menyusul terjadinya sejumlah bencana meteorologi memasuki musim hujan belakangan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, salah bentuk kewaspadaan yaitu masyarakat diminta mengenali lingkungannya. Kalau ada tanah retak, masyarakat perlu menambalnya dengan tanah liat.
Saat hujan deras, warga perlu waspada, kalau perlu menyingkir ke tempat aman.
Sebab, musim kemarau lalu telah menyebabkan tanah-tanah retak sehingga mudah terisi aliran permukaan saat hujan dan dapat memicu longsor.
Saat ini, kata dia, sebagian wilayah sudah memasuki musim hujan. Wilayah Indonesia secara keseluruhan baru memasuki musim hujan pada awal November 2017 mendatang.
"Puncak musim penghujan diperkirakan pada Januari mendatang sehingga ancaman banjir dan longsor akan makin meningkat," ujarnya kepada Republika, kemarin.
BNPB mencatat, longsor adalah bencana yang banyak menimbulkan korban jiwa. Selama 2017 ini, kata dia, tercatat 438 kejadian bencana longsor di Indonesia. Dampak longsor menyebabkan 95 orang meninggal dunia, 132 orang luka-luka, 43.416 orang menderita dan mengungsi, serta lebih dari 1.500 unit rumah rusak.
Salah satu kejadian tanah longsor yang terkini terjadi di Desa Kalijati, Kecamatan Sidamulih, Pangandaran, Jawa Barat, Sabtu (7/10). Longsor terjadi karena intensitas hujan tinggi mengguyur lokasi kejadian di Kampung Sangkan Bawan sejak Jumat (6/10). Bencana tersebut menimpa rumah warga hingga menewaskan penghuninya, yakni Arsih (55 tahun), Yuyun (35), serta dua orang anak, yakni Aldi (5) dan Andika (10 bulan).
Selain tanah longsor, banjir bandang karena meluapnya sejumlah sungai dan anak sungai juga terjadi di Pangandaran sejak Sabtu (8/10). Banjir bandang tersebut merendam 15 lokasi dengan ketinggian air 50 centimeter hingga dua meter.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Dicky Saromi, dari data sementara yang dihimpun hingga kemarin sore, 120 rumah terendam banjir dan ribuan warga mengungsi. Masyarakat pun diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dari ancaman banjir dan longsor.
Tak hanya di Pangandaran, bencana banjir dan longsor juga menerpa sejumlah wilayah lain. Di Purwokerto, perjalanan dua rangkaian KA Serayu dilaporkan mengalami keterlambatan akibat longsor di antara Stasiun Jeruklegi dan Stasiun Kawunganten.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi V Purwokerto Ixfan Hendriwintoko mengatakan, longsor itu dilaporkan ke stasiun pada pukul 06.39 WIB, Ahad (8/10).
Di Cilacap, cuaca cerah pada Ahad (8/10) telah menyurutkan banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Kabupaten Cilacap. Sehari sebelumnya, banjir melanda sejumlah wilayah di kabupaten pesisir Jawa Tengah tersebut. Bahkan, beberapa wilayah di Kota Cilacap yang jarang mengalami banjir kali ini juga tergenang.
''Banjir di wilayah Kota Cilacap terjadi karena saluran drainase tersumbat sampah sehingga air tidak mengalir dengan lancar,'' ujar Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap Tri Komara Sidhy.
Banjir di Kota Cilacap terjadi di tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Cilacap Utara, Cilacap Tengah, dan Cilacap Selatan. Sebelumnya, hujan deras yang mengguyur wilayah Cilacap Barat selama dua hari berturut-turut telah menyebabkan banjir di Desa Kalijeruk dengan genangan air mencapai tinggi lebih dari dua meter.
Banjir dengan genangan air yang cukup tinggi ini menyebabkan 380 warga diungsikan ke balai desa setempat dan rumah-rumah warga yang tidak terdampak banjir. Ketua RT 6, RW 3, Desa Kalijeruk, Hadi Suprapto mengatakan, dampak banjir terparah terjadi di Dusun Tegalanyar dengan ketinggian sampai satu meter lebih.
Di Purbalingga, hujan deras yang berlangsung selama beberapa hari terakhir mengakibatkan longsor di wilayah Jawa Tengah (Jateng) selatan. Sejauh ini, longsor tidak sampai menimbulkan korban. Meski demikian, sejumlah sarana dan prasarana rusak. Hujan deras pada Sabtu (7/10) menyebabkan bangunan TK Pertiwi yang berlokasi di tebing Desa Gunung Wuled, Kecamatan Rembang, terancam ambruk.
Selain di Purbalingga, hujan pada Sabtu (7/10) juga menyebabkan talud fondasi ruas jalan nasional yang menghubungkan Wangon dan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, ambrol. Talud yang ambrol mencapai panjang sekitar 15 meter dengan ketinggian sekitar 10 meter. Ambrolnya talud tersebut juga diikuti kondisi badan jalan menjadi miring.
Saat ini, ruas jalan yang menghubungkan jalur selatan dan jalur utara Jateng tersebut masih bisa dilalui kendaraan. ''Tetapi, kalau tidak segera ditangani dan hujan masih terus turun, mungkin badan jalan yang ambrol akan makin lebar sehingga mengganggu arus lalu lintas,'' kata Robin (35), warga Wangon yang sering melintasi ruas jalan tersebut menuju Purwokerto.
(Tulisan diolah oleh Fitriyan Zamzami).