REPUBLIKA.CO.ID, Gunungan berisi buah-buahan, sayuran, malai padi dan berbagai rempah-rempah ditandu dengan berjalan kakioleh sejumlah pria mengitari Alun-alun Kabupaten Indramayu, Kamis (5/10). Mereka berjalan dengan dipimpin oleh unsur muspika masing-masing kecamatan dalam acara KirabSedekah Bumi. Ada 31 rombongan yang berasal dari 31 kecamatan di Kabupaten Indramayu.
Gunungan yang mereka bawa itu merupakan hasil bumi yang menjadi ciri khas setiap kecamatan. Selain hasil pertanian, adapula yang membawa hasil laut dan replika perahu bagi kecamatan yang terletak di pesisir. Alunan musik khas Indramayu turut mengiringi setiap rombongan tersebut.
Untuk kaum pria dalam rombongan itu, mengenakan pakaian komboran hitam. Sedangkan kaun wanitanya, mengenakan kebayadan batik khas Indramayu. Setelah mengitari alun-alun dan disaksikan ribuan warga, mereka selanjutnya berjalan menuju Pendopo Indramayu.
Di depan pendopo, sudah menunggu Bupati Indramayu Anna Sophanah, Wakil Bupati Indramayu Supendi, KapolresIndramayu AKBP Arif Fajarudin, dan Dandim Indramayu, Letkol Benny Febrianto. Setiap kali melewati depan pendopo, unsur muspika dari masing-masing kecamatan menyempatkan diri untuk bersalaman dengan para muspida. Mereka pun secara spontanitas menyerahkan sebagian hasil bumi dari daerah masing-masing.
Gunungan yang sudah ditampilkan dihadapan unsur muspida itu selanjutnya menjadi rebutan warga yang telah menunggu. Warga memang diperbolehkan mengambilnya.
"Kirab 'Sedekah Bumi' ini merupakan tanda syukur kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia di bumi Wiralodra (pendiri Indramayu)," kata KepalaDinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu, Odang Kusmayadi.
Bupati Indramayu, Anna Sophanah menambahkan, ada nilai luhur dibalik tradisi sedekah bumi. Di antaranya sebagaipengingat agar warga memanfaatkan dan memperlakukan bumi sebagaimana mestinya. "Mari jaga dan manfaatkan bumidengan baik agar seluruh anak cucu kita juga bisa menikmatinya," tegas Anna.
Anna berharap, Kirab Sedekah Bumi yang merupakan bagian dari rangkaian HUT Kabupaten Indramayu ke-490 tahun itu mampu dikemas lebih baik lagi pada tahun depan. Dengan demikian, diharapkan acara tersebut bisa mendatangkan wisatawan ke Indramayu.
Adhikarya Pangan Nusantara
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Indramayu berkomitmen untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan nasional. Karenanya, alih fungsi lahan pertanian untuk kegiatan pembangunan diupayakan tidak mengganggu areal sawah produktif.
"Kabupaten Indramayu selama ini merupakan penyangga pangan nasional, dan akan terus dipertahankan," ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Indramayu Ahmad Bachtiar.
Bachtiar mengakui, Kabupaten Indramayu membutuhkan banyak investasi untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Namun, investasi tersebut tidak boleh mengganggu produksi pangan. Karena itu, pihaknya telah menetapkan zona-zona kawasan pembangunan yang tidak mengganggu pertanian. Setiap ada investor yang akan menanamkan modalnya, maka akan diarahkan ke zona-zona tersebut. "Ya tidak sembarangan, harus memperhatikan aspek tata ruang," tegas Bachtiar.
Bachtiar mengakui, salah satu kendala dalam penetapan lokasi investasi adalah status kepemilikan lahan milik masyarakat. Dia menegaskan, tidak bisa memaksa masyarakat yang menjadi pemilik lahan untuk tidak menjual lahannya kepada investor. "Itu adalah hak pribadi masyarakat," kata Bachtiar.
Produksi padi di Kabupaten Indramayu selama ini rata-rata mencapai 1,5 juta ton per tahun. Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, padi yang dihasilkan itu juga dikirim ke berbagai daerah, termasuk Jakarta.
Wajar bila kemudian, Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah kembali meraih prestasi yang luar biasa di Oktober 2016 lalu. Yakni, setelah sebelumnya meraih Kawastara Pawitra dari Mendikbud, kini penghargaan yang diraih yakni Adhikarya Pangan Nusantara 2016 dari Gubernur Jawa Barat.
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian (BKPPP) Kabupaten Indramayu menyebutkan, keberhasilan Indramayu meraih Adhikarya Pangan Nusantara 2016 ini, karena kebijakan dan program dalam ketahanan pangan sangat dirasakan masyarakatnya. Bahkan, program ini mampu mempertahankan Kabupaten Indramayu sebagai predikat lumbung beras nasional dan mampu menyuplai kebutuhan pusat dan juga propinsi.
Kabupaten Indramayu pada 2014 telah mampu memproduksi padi sebanyak 1.625.179,29 ton GKP atau 1.015.151,08 ron setara beras. Kemudian pada 2015 meningkat menjadi 1.675.416,68 ton GKP per tahunnya atau 1.051.156,36 ton setara beras. Berdasarkan jumlah penduduk pada 2015 yang mencapai 1.708.551 jiwa dengan tingkat konsumsi sebesar 272,28 Kg beras/kapita/tahun, maka dibutuhkan beras sebanyak 197.230,30 ton. Ini artinya, Kabupaten Indramayu surplus beras pada 2015 sebesar 853.926,73 ton.
Dengan surplus beras sebesar itu, Kabupaten Indramayu mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kontribusi beras Indramayu di tingkat Jawa Barat sebesar kurang lebih 30 persen, sedangkan di tingkat nasional kurang lebih 5 persen.
Surplus beras ini diserap untuk pengadaan pangan dalam negeri melalui Sub Divre Indramayu 15 persen atau 128.089 hingga 130.000 ton, konsumsi masyarakat Jabodetabek sekitar 34 persen sekitar 290.335 ton, perdagangan antar pulau (Kalimantan, Sumatera, dan Riau) 20 persen atau 170.785 ton dan sisanya sekitar 30 persen dimanfaatkan oleh para pengusaha dan petani disimpan sebagai cadangan pangan pada saat paceklik.
Bahkan Bulog Sub Divre Indramayu mampu menyuplai beras untuk Bulog Sub Divre Cianjur dan Bandung yang meliputi 11 Kabupaten sebesar 43.900 ton pada 2014 dan pada 2015 sebesar 37.500 ton.
Bupati Indramayu Hj Anna Sophanah mengatakan, saat ini, Peraturan Daerah tentang lahan pertanian berkelanjutan masih sangat dibutuhkan untuk mendukung Kabupaten Indramayu sebagai daerah agraris untuk menopang ketahanan pangan. Kebijakan lainnya, dirinya telah mengeluarkan SK Bupati pada 2014 tentang pembentukan Dewan Ketahanan Pangan tingkat kecamatan dan desa sehingga tim ini bisa bergerak dengan cepat.
Selanjutnya, bupati juga telah mengeluarkan surat edaran bupati tentang penggunaan bahan lokal untuk setiap kegiatan. “Jangan kaget ketika datang ke Pendopo ataupun kegiatan dinas lainnya, bahan makanan yang disuguhkan adalah makanan tradisional dengan menggunakan bahan lokal dari daerah sendiri,” kata Anna. Jerih payah Bupati Anna itulah yang kemudian membawanya memperoleh berbagai pengghargaan baik tingkat Jabar maupun nasional.