REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Provinsi Sumatra Barat optimistis pertumbuhan ekonomi daerah bisa menyentuh 6,26 persen, sesuai dengan target yang diajukan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2018. Wakil Gubernur Sumatra Barat Nasrul Abit menjelaskan, optimisme ini muncul dengan mempertimbangkan kinerja industri pengolahan di Sumbar yang terus tumbuh. Nasrul juga mengatakan, pemerintah terus menggenjot konsumsi pemerintah untuk menaikkan serapan belanja.
Tak hanya itu, target pertumbuhan yang cukup ambisius di tahun 2018 juga didodorong oleh perluasan pembukaan lapangan kerja di sektor pertanian, kehutanan, perikanan, industri pengolahan, dan transportasi.
"Pada tahun 2018 dengan memperhatikan faktor yang mempengaruhi dan upaya bersama untuk meningkatkan pertumbuhan, maka kami tetap optimistis bahwa target pertumbuhan ekonomi tersebut (6,26 persen) dapat tercapai," ujar Nasrul, Jumat (6/10).
Pemprov, kata Nasrul, juga mengupayakan peningkatan pertumbuhan dengan mendorong kemandirian pangan, pengembangan industri kakao, karet, dan minyak sawit mentah (CPO) yang selama ini menjadi primadona komoditas ekspor Sumatra Barat.
Dari sektor transportasi dan pergudangan akan meningkat dengan sdanya pelabuhan Teluk Tapang di Pasaman Barat dan beroperasinya layanan kereta bandara pada 2018 mendatang.
"Sementara dari permintaannya, pertumbuhan kita ditopang oleh perbaikan konsumsi pemerintah dan investasi. Pemda komitmen perbaiki penyerapan belanja dengan mondorong pengawasan secara berkala," ujar Nasrul.
Sementara itu, Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatra Barat menyebutkan bahwa perekonomian Sumatra Barat pada kuartal II 2017 terus mengalami peningkatan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumbar pada kuartal II lalu sebesar 5,32 persen (tahun ke tahun/y-o-y). Angka ini lebih tinggi dibanding capaiannya di kuartal I 2017 sebesar 4,98 persen (y-o-y). Artinya bila kondisi ini dipertahankan, ada potensi bagi ekonomi Sumatra Barat untuk tumbuh hingga 6 persen tahun depan.
Kepala Perwakilan BI Sumatra Barat Endy Dwi Tjahjono mengungkapkan, faktor pendorong laju pertumbuhan Sumatra Barat adalah penguatan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Kenaikan realisasi belanja barang tercatat sebesar 2,5 persen, sementara belanja pegawau justru mengalami kontraksi sekitar 8 persen baik APBN atau APBD. Tak hanya itu, kinerja perdagangan daerah juga menunjukkan tren kenaikan hingga Agustus 2017 lalu.
Meski begitu, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal III tahun ini masih akan bertengger di kisaran 5,1-5,5 persen (y-o-y). Dari sisi permintaan, ujar Endy, Sumatra Barat menghadapi tantangan berupa penurunan konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri hingga kuartal II 2017.
"Kinerja transportasi dan pergudangan juga menurun seiring berakhirnya periode pulang basamo. Namun kondisi ini sempat membaik karena pengiriman paket kembali marak pada Idul Adha lalu," ujar Endy.