Rabu 04 Oct 2017 16:30 WIB

Ganjar Banggakan Batik Jawa Tengah

Calon pembeli memilih pakaian batik di Pasar Grosir Batik Setono, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (20/6). Menurut pedagang pasar yang berada di jalur Pantura tersebut, omzet penjualan mereka meningkat sekitar 40 persen selama tiga hari terakhir. Salah satunya karena banyaknya pemudik yang mampir berbelanja ke sentra penjualan batik.
Foto: Harviyan Perdana Putra/Antara
Calon pembeli memilih pakaian batik di Pasar Grosir Batik Setono, Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (20/6). Menurut pedagang pasar yang berada di jalur Pantura tersebut, omzet penjualan mereka meningkat sekitar 40 persen selama tiga hari terakhir. Salah satunya karena banyaknya pemudik yang mampir berbelanja ke sentra penjualan batik.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi keragaman corak batik yang ada di provinsi ini sehingga semakin digemari oleh berbagai kalangan. "Setiap desain batik itu punya filosofi, prosesnya panjang, karya batik juga mengandung unsur alkuturasi budaya seperti batik corak bambu buatan Blora yang awalnya dinamakan bambu jaipong karena akulturasi budaya Jateng dan Jawa Barat," katanya di Semarang, Rabu (4/10).

Ganjar menyebutkan corak batik lain yang tidak kalah menarik adalah motif pohon dan daun kayu jati khas Blora, kemudian corak khas Kota Salatiga berupa gambar yang menyerupai batu atau artefak peninggalan leluhur. Sedangkan Solo dan sekitarnya lebih pada motif klasik serta berbeda dengan Pekalongan dan sekitarnya yang didominasi flora, fauna dengan warna cerah.

Menurut Ganjar, saat ini hampir setiap daerah di Jateng memiliki batik dengan corak khas masing-masing dan tidak sedikit yang menuangkan imajinasi seni pada kain hingga menjadi batik semakin cantik. Selain itu, banyak masyarakat yang merespon perkembangan batik dengan mengangkat potensi yang ada, kemudian dituangkan menjadi motif unik.

"Potensi apa yang ada di daerah mereka tuangkan, misalnya tumbuhan, binatang, pariwisata, ataupun sesuatu yang menjadi ciri khas daerah, misalnya Goa Lawa di Purbalingga, batik khasnya bergambar kelelawar yang kini dikenakan para aparatur sipil Purbalingga," ujarnya.

Desain maupun corak batik yang beragam itu, kata Ganjar, cocok dikenakan oleh siapapun dalam berbagai kesempatan sehingga menjadikan batik digemari banyak orang. "Bahkan tidak sedikit warga luar negeri yang menggandrungi batik nusantara. Jika pada sekitar tahun 1980-an orang mengenakan batik identik dengan keluguan, 'ndeso' dan tidak modis, sekarang batik justru ngetren," katanya.

Kendati demikian, politikus PDI Perjuangan itu meminta desain dan corak batik masih harus lebih ditingkatkan agar tidak terkesan monoton dan menjadi lebih kekinian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement