REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh-tokoh pemuda Provinsi Sumatera Utara menghadiri Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Cak Imin di Mata Pemuda Sumatera Utara” yang berlangsung di Kopi Kombur, Jalan SM Raja Medan, Senin (2/10) sore.
Tampil sebagai narasumber tokoh muda Muhammadiyah Dr Anang Anas Azhar MA, aktivis Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Sumut Ronald Naibaho, pengamat politik Faisal Reza, Ketua Angkatan Muda Kakbah (AMK) Sumut Aswan Jaya, dan Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Sumut H Fadly Yasir.
A Jabidi Ritonga sebagai penggagas FGD itu mengatakan, kegiatan ini merupakan inisiatif pihaknya dalam mencari input dan pandangan masyarakat. “Kegiatan ini tidak ada hubungannya dengan partai manapun. Dan Ini tidak hanya dilakukan di Sumut, namun di seluruh Indonesia,,” kata Jabidi dalam keterangan tertulisnya.
Anang Anas Azhar yang juga pengajar ilmu komunikasi politik Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) menilai, sejauh ini Cak Imin masih terkenal di lingkungan nahdliyin. Untuk menjadi Cawapres, tak cukup hanya bermain di kandang.
“Sudah saatnya Cak Imin mengubah pola dengan memasuki grass root di luar NU. Cak Imin harus mencitrakan dirinya tak hanya milik NU tapi milik bangsa. Cak Imin harus go public,” tutur mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah Sumut ini.
Ketua ISNU Sumut H Fadli Yasir mengatakan, kalau ingin nyapres Cak Imin harus segera “keluar” dari NU seperti pendahulunya, Gus Dur. Sebab, banyak contoh kalau masih berkutat di NU akan kalah seperti Hasyim Muzadi dan Gus Sholah.
“Muhaimin jangan hanya berhenti di PKB dalam melakukan manuver politiknya. Mengganggu Jokowi juga perlu jika harus dilakukan,” tandas Fadli.
Aktivis GAMKI Sumut Ronald Naibaho mengatakan, kalau hari ini ada keinginan Cak Imin mencalonkan presiden atau wapres, dia saya yakin pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, itu akan mampu. Ini didasari dari perjalanan kariernya yang mampu membangkitkan PKB, padahal dari pandangan kebanyakan orang akan habis.
“Secara figur, Cak Imin sungguh luar biasa, bahkan mengalahkan pamannya Gus Dur, meski sempat dilengserkan di PKB, namun akhirnya berhasil jadi Ketua Umum hingga saat ini,” kata Ronald.
Narasumber lainnya, Faisal Reza mengatakan, Cak Imin tak bisa jadi orang nomor satu, yang bisa hanya mendampingi Jokowi. Itu dilihat dari posisi tawar pertarungan Islam konservatif dan Islam Nusantara.
“Saat ini kita dihadapkan tipologi populis. Program nomor sekian. Seperti halnya Jokowi bisa selfie-selfie dengan rakyat, sudah cukup. Untuk tahapan ini Cak Imin mengisi kekosongan,” itu kata dosen ilmu politik UINSU ini.
Faisal mengatakan, Jokowi akan lebih baik bila bepasangan dengan Cak Imin pada Pilpres 2019. Pasalnya, identifikasi politik rival Jokowi adalah militer. “Karenanya figur Cak Imin bisa menguatkan figur Jokowi,,” tandasnya.
Ketua AMK Sumut Aswan Jaya mengatakan, Cak Imin saat ini bisa dibilang “main api” dengan kekuatan Jokowi untuk menghadapi Pilpres.
“Karenanya Cak Imin harus bermain di ranah Cawapres,” kata Aswan.