Senin 02 Oct 2017 16:55 WIB

Sultan Minta Masyarakat Yogya Tetap Membatik

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Indira Rezkisari
MEMBATIK LINTAS GENERASI. Siswa SMKN Gedangsari menggambar pola batik pada acara membatik massal di Desa Gedangsari, Desa Tegalrejo, Kec. Gedangsari, Kab. Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (30/8).
Foto: Republika/ Yogi Ardhi
MEMBATIK LINTAS GENERASI. Siswa SMKN Gedangsari menggambar pola batik pada acara membatik massal di Desa Gedangsari, Desa Tegalrejo, Kec. Gedangsari, Kab. Gunungkidul, DI Yogyakarta, Rabu (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masyarakat Yogyakarta harus menghargai batik sebagai kekuatan. Berarti harus ada aktivitas masyarakat untuk membatik. Masyarakat harus aktif menjaga agar batik tidak punah.

Hal itu disampaikan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Yogyakarta, Senin (2/10). Menurut Sultan, kalau masyarakat tidak menjaga aktivitas membatik, predikat Yogyakarta sebagai kota batik bisa dicabut.

Sekarang, lanjutnya, sudah mulai tumbuh di desa-desa aktivitas membatik. Tinggal bagaimana batik tetap lestari dan berkembang. Dalam pelajaran prakarya di SD sampai SMA di DIY siswa harus bisa membatik. Tujuannya dalam rangka pelestarian batik.

"Kita sudah dikenal Yogyakarta sebagai kota batik dan yang menunjuk Yogyakarta sebagai kota batik itu asosiasi internasional. Jadi kita harus menjaga batik dalam arti harus ada aktivitas membatik bukan peringatan Hari Batik, melainkan masyarakat menjaga aktivitas batik," kata Sultan menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement