Senin 02 Oct 2017 05:35 WIB

Cagar Biosfer Lore Lindu Dukung Kebutuhan Listrik Nasional

Rep: Maman Sudiaman/ Red: Yudha Manggala P Putra
Taman Nasional Lore Lindu dengan Danau Tambing di dalamnya.
Foto: wikipedia
Taman Nasional Lore Lindu dengan Danau Tambing di dalamnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kini kawasan Taman Nasional (TN) tidak hanya dimanfaatkan sebagai wisata alam, melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional melalui pemanfaatan potensi sumber daya air dan panas bumi yang dimilikinya. Lanngkah ini selaras dengan gagasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam menjadikan TN Lore Lindu sebagai kawasan Cagar Biosfer Lore Lindu (CBLL), di Provinsi Sulawesi Tengah.

Wilayah CBLL meliputi empat kabupaten yaitu, Kabupaten Sigi, Poso, Parigi Moutong dan Donggala. Dengan masuknya TN Lore Lindu seluas 217.991,18 ha sebagai zona inti CBLL, memiliki potensi yang cukup besar untuk dijadikan pembangkit listrik, pada skala mikro (≤ 1 MW) dan mini (≤ 10 MW).

“Pemenuhan pelayanan dasar kebutuhan energi listrik, merupakan salah satu isu strategis dalam pembangunan nasional, khususnya di Sulawesi Tengah. Sampai tahun 2017, ada beberapa desa yang masuk dalam zona penyangga dan zona transisi CBLL, yang belum teraliri listrik. Desa-desa tersebut umumnya berada di wilayah yang terpencil, dan jauh dari akses informasi”, ungkap Listya Kusumawardhani, Direktur Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam (PIKA) KLHK, dalam Pameran Ketenagalistrikan di Jakarta (30/09).

Dalam acara yang diselenggarakan Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) ini, CBLL didukung GIZ-Forclime hadir sebagai peserta mewakili KLHK, untuk menyampaikan informasi potensi sumber daya air dan panas bumi, yang dapat dikembangkan sebagai penghasil energi listrik di wilayah CBLL.

Saat ini Indonesia telah memiliki 11 (sebelas) Cagar Biosfer, dan CBLL yang ditetapkan pada tahun 1977, merupakan bagian dari cagar biosfer dunia yang berjumlah 651 lokasi dari 120 negara. Sebelumnya, dengan difasilitasi GIZ-Forclime, logo CBLL telah disepakati dan diluncurkan oleh Menteri LHK, pada pembukaan Pameran Perhutanan Sosial Nusantara (PeSoNa), di Jakarta (06/09) lalu.

Disampaikan Listya, pengelolaan CBLL memadukan tiga fungsi utama, yaitu pelestarian keanekaragaman biologi dan budaya; penyediaan model pengelolaan lahan. Termasuk lokasi eksperimen untuk pembangunan berkelanjutan; serta penyediaan tempat untuk riset, pemantauan lingkungan, pendidikan dan pelatihan.

Menurutnya potensi yang dimiliki oleh CBLL perlu disebarluaskan. Khususnya kepada pihak terkait ketenagalistrikan, agar dapat mendesain jalan keluar atas isu yang muncul tersebut sesuai dengan regulasi yang berlaku. Pameran ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Listrik Nasional (HLN) ke-72 tahun 2017, dengan tema “Mewujudkan Catur Cita Ketenagalistrikan: Kecukupan, Kompetitif, Berkelanjutan dan Merata menuju Indonesia Terang”.

"Dibuka secara resmi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pameran ini menyajikan berbagai macam informasi bisnis ketenagalistrikan, untuk peningkatan jejaring kerja," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (1/10).

Dalam pameran tersebut, KLHK memenangkan booth terbaik untuk Kategori Pemerintah, sedangkan Kategori Korporasi dimenangkan oleh PT. Pertamina (Persero). Selain pameran, selama tiga hari pelaksanaan (28-30 September 2017), juga diselenggarakan seminar, yang diikuti oleh para pemangku kepentingan, seperti Kementerian ESDM, Perindustrian, Ristek Dikti, Keuangan, dan sektor swasta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement