REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyatakan Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu bangsa Indonesia.
"Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk," kata Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya yang dibacakan Bupati Sleman Sri Purnomo pada Upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lapangan Pemda Sleman, Ahad (1/10).
Sultan menyebutkan, kondisi ini dapat terjadi karena di dalam perjalanan sejarah dan adanya kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti adanya keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan melalui nilai dasar Pancasila.
"Dalam rangka peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2017 DIY kali ini, maka kita dapat menggali kembali sejarah perkembangan bangsa yaitu bahwa tepatnya pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno telah mengusulkan dasar negara," ujarnya.
Dalam upacara yang dihadiri Ketua DPRD, Dandim 0732/Sleman, Wakapolres, PNS, TNI/Polri, dan siswa-siswi Kabupaten Sleman tersebut Sultan menjelaskan falsafah Negara Indonesia, yang istilahnya diperoleh dari ahli bahasa Mr Muhamad Yamin sebagai "Pancasila".
"Selama itu pula Pancasila telah dipandang sebagai sistem filsafat, etika moral, politik, dan Ideologi Nasional. Namun kemudian pada 30 September 1965, munculah awal dari Gerakan 30 September atau G 30 S PKI. Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah Pancasila menjadi ideologi komunis," katanya.
Ia mengatakan, pada hari tersebut, ada enam Jenderal dan beberapa orang lainnya telah dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat adanya kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan.
"Selanjutnya pada 30 September dikenal sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September atau G 30 S PKI dan pada 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila untuk memperingati bahwa dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, yang sakti dan tak tergantikan. Selanjutnya pada 10 November 1986 Pancasila pertama kali diperkenalkan sebagai ideologi terbuka, di mana Pancasila dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan zaman yang senantiasa dinamis dengan tanpa mengesampingkan nilai-nilai dasarnya yang tetap," jelasnya.
Sultan menambahkan bahwa Tema peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini yaitu "Kerja Bersama Berlandaskan Pancasila Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur".
"Tema tersebut diharapkan dapat memberikan kesadaran bagi kita bersama untuk meresapi nilai-nilai luhur yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa tersebut untuk dapat merekat erat sebagai kepribadian bangsa," katanya.
Menurut Gubernur, masyarakat wajib untuk meningkatkan kewaspadaan nasional dan ketahanan mental ideologi Pancasila.
"Seperti halnya kewaspadaan tantangan globalisasi, liberalisasi dan postmodernisme. Kemampuan menghadapi tantangan mendasar yang akan melanda kehidupan bangsa seperti sosial-ekonomi dan politik, bahkan mental dan moral bangsa," ujarnya.
Sultan menilai, hanya dengan keyakinan nasional inilah manusia Indonesia tegak dan tegar dengan keyakinannya yang benar dan terpercaya, bahwa sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari filsafat Timur, mengandung dan memancarkan identitas dan integritas martabatnya.