Sabtu 30 Sep 2017 14:45 WIB

6 Sirine dan 54 Rambu Peringatan Bahaya Siap di Gunung Agung

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Asap mengepul dari kawah Gunung Agung yang berstatus awas terlihat dari Desa Amed, Karangasem, Bali, Jumat (29/9).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Asap mengepul dari kawah Gunung Agung yang berstatus awas terlihat dari Desa Amed, Karangasem, Bali, Jumat (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasang peringatan dini kepada masyarakat jika Gunung Agung meletus. BNPB telah memasang sirine di enam titik di sekeliling radius berbahaya dari Gunung Agung di Kabupaten Karangasem Bali.

Sirine ini dikenal dengan nama iRaditif (iCast Rapid Deployment Notification System), merupakan sirine mobile yang dapat dipindahkan dengan kendaraan. "BNPB mendatangkan secara khusus dari Gudang Peralatan BNPB di Sentul Bogor ke Karangasem setelah Gunung Agung naik status Awas," terang Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (30/9).

Bunyi sirine ini, jelasnya, mampu menjangkau radius dua kilometer, bahkan dapat lebih jauh jika suara terbawa angin. Tujuan pemasangan sirine ini agar memberikan peringatan tanda bahaya dari letusan Gunung Agung kepada masyarakat. "Sirine ini hampir mirip dengan sirine tsunami, namun dapat dipindahkan. Jadi bukan mendeteksi gunung akan meletus, tapi hanya mengkhabarkan bunyi sirine sebagai tanda ada bahaya," ungkapnya.

Enam lokasi sirine terdapat di Polsek Selat, Polsek Rendang, Pos Polisi Tianyar, Polsek Kubu, Koramil Kota Karangasem, dan Koramil Abang. "Mekanisme kerjanya manual," kata dia.

Selain itu, BNPB telah memasang rambu-rambu peringatan bahaya di 54 titik. Rambu ini adalah pemberitahuan kepada masyarakat posisinya terhadap radius berbahaya Gunung Agung. Rambu peringatan ini tertulis.

Untuk sirine, akan dibunyikan oleh petugas atau operator sirine setelah mendapat perintah dari petugas di Posko Utama Tanah Ampo Karangasem. Posko terhubung dengan Pos Pengamatan Gunung Agung yang memberikan informasi tentang bahaya letusan. Petugas posko didukung analisis data lainnya memberikan perintah kepada operator sirine untuk membunyikan sirine. Komunikasi dilakukan dengan radio komunikasi (HT) dan handphone.

Agar terkoneksikan semua jaringan komunikasi antara operator sirine, posko, dan pos pengamatan Gunung Agung maka BNPB memasang beberapa repeater dan rig untuk radio komunikasi. BNPB masih menyiapkan sistem pengendali otomatis untuk membunyikan sirine. Sistem pengendali otomatis ini sudah banyak dipasang pada sirine peringatan dini tsunami. Kendalanya adalah belum semua lokasi bisa dijangkau radio komunikasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement