Sabtu 30 Sep 2017 07:25 WIB

Pembuat Tempe Keluhkan Harga Kedelai Mahal

Produsen tempe
Produsen tempe

REPUBLIKA.CO.ID, PANGKALPINANG -- Pembuat tempe di Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluh harga kacang kedelai masih mahal yakni Rp 10 ribu per kilogram dari harga sebelumnya Rp 7 ribu.

"Kenaikan harga kacang kedelai sudah sejak Lebaran Idul Fitri 2017 hingga sekarang belum turun juga. Hal ini bisa mengakibatkan pengrajin tempe gulung tikar," ujar salah seorang pembuat tempe di Kelurahan Sumberjo, Pangkalpinang, Jono, Jumat (29/9).

Tingginya harga kacang kedelai membuat perajin sekaligus penjual Tempe kebingungan karena harga tempe di pasaran masih belum naik. "Mahalnya harga kedelai impor dalam tiga bulan terakhir ini mengakibatkan kalangan pembuat tempe kesulitan. Bahan baku tempe harus menggunakan kedelai impor dan tidak bisa diganti dengan kedelai lokal karena hasilnya jelek," jelasnya.

Kenaikan ini menurutnya terjadi secara bertahap sejak tiga bulan terakhir dan diperkirakan akan terus merangkak hingga Rp 12 ribu per kilogram. "Kami berharap pemerintah bisa menurunkan harga kacang kedelai agar kami tidak kesulitan," ujarnya.

Menurut dia, mahalnya harga kedelai dipengaruhi adanya bea masuk (BM) impor kedelai yang tinggi. "Seharusnya, BM impor kedelai dihapus saja biar harganya tidak mahal," ucapnya.

Agar usahanya bisa bertahan, Jono harus mengecilkan ukuran tempenya karena untuk menaikkan harga tidak memungkinkan. "Kalau menaikkan harga tempe, bisa-bisa pelanggan kabur. Jadi agar usaha tetap berjalan, saya kecilkan ukuran tempe," tuturnya.

Pembuat tempe lainnya, Sumarni mengatakan, mahalnya kacang kedelai membuat keuntungan lebih kecil karena modal lebih besar. Ia menyebutkan untuk satu kilogram kedelai hanya bisa dijadikan 6 bungkus tempe.

"Satu kilo itu hanya bisa enam bungkus tempe dengan harga Rp5 ribu per bungkus. Namun modal kita tidak hanya kedelai saja tapi juga harus membeli kayu bakar, plastik dan memberi gaji pekerja, sehingga keuntungannya hanya sedikit," jelasnya.

Tidak jarang ia harus membagi-bagikan tempenya karena tidak habis terjual. Ia berharap agar pemerintah dapat menyeimbangkan harga kedelai di pasaran agar kelangsungan usaha tempe bisa bertahan.

Ia menyebutkan, tempe yang di produksi di jual di Pasar Pembangunan, Pasar Pagi dan Pasar rumput Pangkalpinang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement