Rabu 27 Sep 2017 17:06 WIB

Antusiasme Penggunaan Tol Bawen-Salatiga Tetap Tinggi

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Andi Nur Aminah
Pemandangan dari udara, Jalan tol Bawen - Salatiga.
Foto: dok. Jasa Marga
Pemandangan dari udara, Jalan tol Bawen - Salatiga.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Masyarakat dinilai tetap antusias memanfaatkan jalan tol ruas Bawen-Salatiga dalam mendukung kelancaran aktivitasnya. Besaran tarif yang mencapai Rp 17.500 bahkan tak mengurangi minat mereka untuk menggunakan jalan tol yang baru diresmikan operasionalnya oleh Presiden Joko Widodo ini.

General Manager Teknik dan OperasionalPT Trans Marga Jateng (TMJ), Prayudi mengatakan, sebelum diresmikan oleh Presiden, ruas tol sepanjang 17,6 kilometer ini telah diujicobakan dengan dibuka untuk masyarakat umum tanpa dikenakan tarif. "Pada saat uji coba selama enam hari tersebut, jumlah pengguna jalan yang melintas di ruas tol Bawen-Salatiga ini rata-rata mencapai 6.000 kendaraan per hari," ungkap Prayudi, saat dikonfirmasi, Rabu (27/9).

Berdasarkan laporan tim PT TMJ dilapangan, jelasnya, setelah jalan tol resmi dioperasionalkan dan mulai dikenakan tarif ternyata tidak terjadi pengurangan jumlah pengguna jalan tol yang cukup signifikan. Jumlah kendaraan yang melintas di ruastol ini sehari setelah diresmikan masih mencapai antara 5.000 hingga 6.000 pengguna jalan. Dengan jumlah penggguna jalan tol sebanyak ini, dia mengatakan hal itu menunjukkan minat masyarakat cukup tinggi.

"Artinya, besaran tarif yang mencapai Rp 1.000 per kilometer dan disebut-sebut banyak pihak terlalu mahal ini tak memmengaruhi masyarakat untuk tetap menggunakan jalan tol ruas Bawen-Salatiga," kata Prayudi.

Ia juga menjelaskan, penghitungan besaran tarif untuk ruas tol Bawen-Salatiga atau jalan tol Semarang-Solo seksi III ini juga dipertimbangkan dengan besarnya nilai investasi dalam pembangunannya. Maka jika dibandingkan dengan besaran tarif dua seksi sebelumnya, ada selisih tarif yang terlalu besar untuk tarif jalan tol ini ruas Bawen-Salatiga. Karena nilai investasi untuk pembangunan jalan tol Sesksi III ini lebih besar dari nilai investasi pebangunan Seksi I dan Seksi II.

Atau jika dibandingkan dengan tarif jalan tol Jasa Marga cabang Semarang yang sudah lebih dulu ada, memang jauh lebih timpang. "Karena pembangunannya sudah lama, nilai investasi saat itu juga relatif lebih kecil dibandingkan diruas Bawen-Salatiga ini," tambah Prayudi.

Tapi, lanjutnya, jika dibandingkandengan proyek-proyek jalan tol yang baru, seperti Solo-Kertosono tarifnya bahkan di atas Rp 1.000 per kilometer. Atau Semarang-Batang nanti, besaran akan berkisar pada angka Rp 1.000 per kilometer atau bahkan bisa lebih.

Meski tidak menyebutkan secara rinci, khusus untuk ruas tol Bawen-Salatiga nilai investasinya cukup besar karena konstruksi jalan tol ini berada pada medan yang cukup berat. Seperti membelah bukit, membuat jembatan di antara lembah, ada yang harus digali dan harus ditimbun dan sebagainya.

Sehingga dari total investasi jalan tol Semarang-Solo (yang terdiri atas lima seksi) yang mencapai Rp 7 triliun, sebanyak Rp 4 triliun di antaranya sudah terserap untuk pembangunan sampai dengan Seksi III.

 

"Masing- masing Seksi I ruas Semarang-Ungaran (11 kilometer), Seksi II ruas Ungaran-Bawen (11,3 kilometer) dan Seksi III ruas Bawen-Salatiga (17,6 kilometer). Khusus untuk ruas Bawen-Salatiga kira-kira telah menyerap anggaran sekitar Rp 1,7 triliun sendiri," tandasnya.

Masih terkait dengan tarif tol ruas Bawen-Salatiga, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono sebelumnya juga menyampaikan, mahal atau murah untuk tarif tol ini relatif. Sebab besaran tarif ini dihitung berdasarkan pada nilai investasi konstruksi dan harga tanah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement