Selasa 26 Sep 2017 19:44 WIB

Dedi Mulyadi Menangis di Hadapan Ratusan Kader Golkar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
 Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua DPD Golkar Jabar, Dedi Mulyadi, menemui ratusan kader Golkar yang datang dari berbagai daerah di Jabar, di Aula Kantor Golkar Jalan Maskumambang, Kota Bandung, Senin (26/9). Di hadapan kadernya, Dedi Mulyadi menceritakan berbagai upaya yang dilakukannya untuk memajukan Partai Golkar dan upaya agar bisa maju ke Pilgub Jabar.

Menurut Dedi, ia berupaya mendongkrak elektabilitas dirinya agar bisa diusung oleh partai berlambang pohon beringin itu. Yakni, dari mulai elektabilitasnya nol sampai mencapai 15 persen. "Apa itu dengan pencitraan? Tidak dengan menyapa. Saya datangi seribu desa. Capek? Enggak," ujar Dedi dengan suara parau.

Dedi mengatakan, ada kegembiraan dalam setiap pertemuannya dengan masyarakat, ada cinta, ada air mata, ada rumah yang diperbaiki, ada ibu-ibu yang tak bisa dirawat di Rumah Sakit, dan ada masyarakat yang depresi. Ia datang membantu, maka lahir kebahagian.

"Jangan berpikir tentang tujuannya tercapai atau tidak. Tapi, perbanyak menanam pohon, jangan mikir panen. Karena melak (menanam, Red) cabe akan tumbuh cabe. Kita menapaki proses konsolidasi," katanya.

Proses politik pun, kata dia, terus berjalan. Dedi mengaku bersabar. Walaupun, ia mengaku secara pribadi gelisah, karena sering kali ada orang yang menelepon. "Pak Dedi siap enggak kalau enggak keluar rekomendasi. Karena saya maju enggak punya konglomerat, saya enggak punya bekingan, hanya semangat saja. Tidak pernah takut miskin, karena memberi itu kebahagian.

Ini rezeki rakyat. Saya hanya ketitipan dari fraksi, DPD, saya hanya jadi jalan terpenuhinya perut orang-orang miskin," kata Dedi sambil menangis.

Dedi melanjutkan, ia tegak bukan di kaki orang kaya dan orang pintar. Karena, Golkar itu dipilih masyarakat miskin, usia di atas 40 tahun. Namun, mereka setia. Dedi mengatakan, politik, bukan untuk menumpuk dan memberi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement