Selasa 26 Sep 2017 08:45 WIB

Ini Tiga Tips Mensos Khofifah Supaya Santri Sukses

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Elba Damhuri
Mensos Khofifah Indar Parawansa meninjau kebun hidroponik di Green House Al Mina Farm, Semarang, Senin (25/9).
Foto: Humas Mensos
Mensos Khofifah Indar Parawansa meninjau kebun hidroponik di Green House Al Mina Farm, Semarang, Senin (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa memberikan tiga tips sukses kepada para santri untuk menyongsong masa depan. Menurut Mensos, santri pondok pesantren harus bisa mengaji, menguasai teknologi, dan siap hidup mandiri.

"Ada kesan bahwa lulusan pesantren hanya bisa mengaji, harus hilang. Tunjukkan kalau lulusan pesantren memiliki kemampuan dan kapasitas yang juga mumpuni," kata Khofifah saat meresmikan Green House Al Mina Farm milik Yayasan Al Mina di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Senin (25/9). Khofifah hadir mewakili Presiden Joko Widodo.

Kebun hidroponik yang dibangun atas bantuan Presiden Jokowi tersebut berisi sejumlah tanaman pokok yang dibutuhkan antara lain selada, tomat, sawi, dan sayur-mayur lainnya.

Santri, jelas Mensos, harus bisa menjadi profesional, akademisi, menteri, bahkan menjadi Presiden seperti Gus Dur. Kompetensi santri, ia menegaskan, juga tidak kalah dengan lulusan sekolah umum.

Karenanya, Khofifah mengungkapkan pekerjaan rumah terbesar pesantren saat ini adalah membuka diri dan beradaptasi  dengan perkembangan zaman namun tetap tidak meninggalkan tradisi khas pondok pesantren. Mensos mencontohkan budidaya pertanian hidroponik yang dikembangkan Yayasan Al Mina ini dapat menjadi motor penggerak ketahanan pangan.

Bagi para pengasuh pesantren dan santri, sambung Khofifah, Presiden berharap pesantren bisa bermetamorfosis mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Diharapkan, langkah ini dapat mendorong kemandirian pesantren dan santri setelah lulus sekolah.

Sedikitnya ada tiga format pesantren yang diharapkan terbentuk oleh Presiden Jokowi yaitu pesantren agro, bahari, dan wirausaha. "Nah, Al Mina ini adalah salah satu perwujudan pesantren agro," tambah Khofifah.

Khofifah mengatakan budidaya tanaman hidroponik yang dikembangkan Al Mina dapat menjadi alternatif bagi masyarakat yang memiliki lahan terbatas atau yang kesulitan mencari lahan, terutama masyarakat perkotaan. Untuk santri, tentu saja akan mendorong semangat kewirausahaan di bidang pertanian.

Bisnis ini diakui Mensos memang padat modal, tapi segmen pasar yang disasar adalah menengah ke atas. Hingga saat ini besarnya permintaan pasar belum mampu dipenuhi oleh para petani hidroponik.

Khofifah menyampaikan harapan agar sektor swasta dan BUMN  dapat ikut serta membantu permodalan dan teknologi, khususnya melalui dana tanggung jawab sosial. Dengan demikian, hal ini dapat ikut menginisiasi berkembangnya budidaya pertanian hidroponik di banyak tempat.

Jika terwujud, Mensos menyatakan akan terjadi lompatan kemandirian santri. Apalagi, pasarnya sudah ada dan permintaannya pun besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement