Sabtu 23 Sep 2017 10:22 WIB

Pola Konsumsi Masyarakat Sleman Kurang Bergizi dan Seimbang

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Agar mendapatkan tubuh ideal, penuhi asupan gizi dengan komposisi seimbang. Bukan hanya makan satu macam atau bahkan tidak makan sama sekali.
Foto: pexels
Agar mendapatkan tubuh ideal, penuhi asupan gizi dengan komposisi seimbang. Bukan hanya makan satu macam atau bahkan tidak makan sama sekali.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman belum lama ini menggelar peringatan Hari Pangan Sedunia. Peringatan dihelat mengangkat tema Pemanfaatan Pekarangan Sebagai Lumbung Pangan Keluarga.

Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan, Suyamsih, melaporkan hasil survei konsumsi pangan tahun 2016 yang dilakukan, dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) aktual 87,1 dari skor ideal 100. Hal ini mengindikasikan jika pola konsumsi masyarakat Sleman masih kurang beragam, bergizi dan seimbang.
 
"Bila skor PPH dibedah lebih dalam, ada indikasi kalau masyarakat Sleman kurang mengkonsumsi sayur dan buah, hasil pemetaan konsumsi buah dan sayur menunjukkan kecamatan-kecamatan yang tergolong pertanian justru skor PPH sayur dan buahnya lebih rendah dibanding kecamatan lain," kata Suyamsih, Selasa (19/9) lalu.
 
Berangkat dari kondisi itu, mulai tahun ini Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan lebih intensif menggarap pemanfaatan pekarangan warga untuk memproduksi tanaman sayur dan buah melalui KWT, PKK, Dasa Wisma dan lain-lain. Kegiatan seperti itu diharap dapat meningkatkan skor PPH.
 
Peringatan sendiri dimeriahkan berbagai lomba seperti kudapan berbahan kopi, lomba memasak daging sapi, lomba aneka olahan basah dan kering dari jagung dan lomba memasak ikan. Lomba diikuti masing-masing 17 kelompok, sedangkan lomba berbahan kelor diikuti 23 kelompok wanita tani.
 
Bupati Sleman, Sri Purnomo, menyerahkan alat-alat pertanian secara simbolik berupa enam unit traktor, empat genset, 15 unit hand traktor, 15 kultivator dan perajang yang merupakan bantuan sarana produksi dari APBD. Diserahkan pula Kartu Tani tahap satu sejumlah 55.406.
 
"Kita harus mendiri, kita harus mampu memproduksi sendiri berbagai komoditas pangan, bahkan kita bisa menjadi produsen yang tidak lagi menjadi penerima harga, namun menentukan harga," ujar Sri.
 
Ia menilai, itu bisa dimulai dari lingkup keluarga agar berupaya menjadi produsen berbagai komoditas pangan. Menjadikan pekarangan jadi lahan yang produktig jadi salah satu langkahnya, terlebih lahan pertanian yang makin menyempit dari tahun ke tahun yang butuhkan terobosan dan kreativitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement