Jumat 22 Sep 2017 19:47 WIB

Gempa Vulkanis di Gunung Agung, 9.421 Jiwa Mengungsi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Endro Yuwanto
Polisi meminta warga untuk segera mengungsi setelah terjadinya peningkatan aktifitas Gunung Agung di Desa Temukus yaitu desa yang berjarak sekitar tiga kilometer dari puncak gunung itu di Karangasem, Bali, Kamis (21/9).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Polisi meminta warga untuk segera mengungsi setelah terjadinya peningkatan aktifitas Gunung Agung di Desa Temukus yaitu desa yang berjarak sekitar tiga kilometer dari puncak gunung itu di Karangasem, Bali, Kamis (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa vulkanis Gunung Agung, Bali yang terus menerus berlangsung menyebabkan masyarakat melakukan evakuasi mandiri ke berbagai tempat yang aman. Hingga kini, sebanyak 9.421 jiwa telah mengungsi.

"Berdasarkan data sementara yang dihimpun BNPB Provinsi Bali hingga Jumat (22/9) pukul 13.00 WIB terdapat 9.421 jiwa warga yang mengungsi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat.

Para pengungsi adalah warga desa yang tinggal di dalam radius enam kilometer dan 7,5 kilometer di sektor utara, tanggara, selatan-barat daya dari puncak Gunung Agung seperti yang direkomendasikan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Sutopo mengatakan, masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung akan meletus 1963 silam, yaitu banyaknya gempa-gempa yang dirasakan. "Pengungsi tersebar di 50 titik pengungsi di Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Buleleng," ujarnya.

Pengungsi di Kabupaten Karangasem berjumlah 7.018 jiwa yang tersebar di 40 titik pengungsian, di Kabupaten Buleleng ada 1.722 jiwa pengungsi di delapan titik, dan di Kabupaten Klungkung terdapat 601 jiwa pengungsi di dua titik. Data pengungsi terus bergerak karena ada masyarakat yang baru mengungsi dari tempat tinggalnya. Pengungsi ditempatkan di gedung olah raga, balai desa, banjar, dan lainnya. Ada pula yang menumpang di kerabatnya.

Sutopo menambahkan, bantuan terus disalurkan kepada pengungsi. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi para pengungsi terus dikirimkan dan ditambah, seperti makanan, air bersih, sanitasi, mandi cuci kakus (MCK), selimut, matras, layanan kesehatan, dan lainnya.

Jumat (22/9) malam ini, kata Sutopo, Kepala BNPB dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dijadwalkan tiba di Bali untuk melakukan koordinasi dengan Pemprov Bali. Menteri ESDM didampingi pejabat Kementerian ESDM termasuk Mbah Surono (pakar gunung api) akan mengunjungi Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Rendang.

Kepala BNPB bersama pejabat BNPB akan mendampingi BPBD baik dalam bidang teknis, logistik, pendanaan, dan tertib administrasi. Posko pendampingan nasional segera dibentuk untuk memperkuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). BNPB akan mwngkoordinasi potensi nasional untuk memberikan bantuan kepada pemprov dan masyarakat.

Sutopo menambahkan, pengamatan aktivitas vulkanis gunung api terus diintensifkan. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang sekaligus waspada. "Jangan terpancing informasi yang menyesatkan," katanya.

Sutopo menjelaskan, foto gunung meletus dan hujan abu yang banyak beredar di sosial media adalah letusan Gunung Soputan di Sulawesi Utara. Bukan Gunung Agung. Hingga saat ini, kata dia, Gunung Agung belum meletus. Pemerintah akan terus menyampaikan peringatan dini dan informasi yang akurat kepada masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement