REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan gerbang tol otomatis (GTO) yang mengharuskan pengguna jalan tol membayar menggunakan uang elektronik tidak mengurangi kemacetan di jalan tol. Penyebab kemacetan adalah volume kendaraan itu sendiri.
"Yang menyebabkan kemacetan di jalan tol adalah volume kendaraan yang tinggi. Karena itu, GTO dan kewajiban uang elektronik tidak berguna untuk mengurangi kemacetan," kata Tulus di Jakarta, Jumat (22/9).
Tulus mengatakan pihaknya sudah mulai menerima keluhan GTO semakin macet setelah pengguna jalan tol diwajibkan menggunakan uang elektronik untuk membayar tol. Menurut Tulus, Jasa Marga sebagai pengelola jalan tol telah salah memberikan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat bahwa GTO akan dapat mengurangi kemacetan.
"Sebenarnya, soal tol elektronik kita sudah tertinggal daripada negara lain. Dulu Malaysia belajar soal tol dari Indonesia. Mereka sudah lebih dulu menggunakan tol elektronik, kita baru mau memulai," tuturnya.
Dengan perbandingan jumlah jalan dan kendaraan, Tulus mengatakan GTO dan uang elektronik tidak akan efektif untuk mengurangi kemacetan. Karena itu, tidak seharusnya isi ulang uang elektronik dikenai biaya.
"Konsumen jalan tol tidak merasakan nilai lebih dari penggunaan uang elektronik, kok malah dikenai biaya. Kebijakan tol elektronik lebih memberikan keuntungan pada pengelola jalan tol dan perbankan," katanya.
Tulus mengatakan sebelum penggunaan GTO dan uang elektronik, pengelola jalan tol harus menyediakan uang kembalian di setiap pintu tol yang nilainya tidak sedikit. Hal itu tidak akan terjadi lagi dengan penggunaan uang elektronik.