Kamis 21 Sep 2017 17:48 WIB

Sumbar Bersiap Alami Ekuinoks, Apa Dampaknya untuk Warga?

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Ekuinoks
Foto: majalah1000guru.net
Ekuinoks

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Sumatra Barat merupakan salah satu daerah yang akan mengalami fenomena alam ekuinoks (equinox) pada Sabtu (23/9) mendatang. Fenomena alam ini terjadi saat matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, dan hanya terjadi dua kali dalam setahun. Selama ekuinoks berlangsung, durasi siang dan malam di seluruh belahan bumi relatif sama, termasuk di wilayah subtropis di bumi bagian utara ataupun selatan.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Silaing Bawah Kota Padang Panjang, Rahmat Triyono, menjelaskan bahwa tahun ini fenomena ekuinoks terjadi dua kali yakni 21 Maret dan 23 September 2017, melintasi beberapa provinsi di wilayah Indonesia mulai dari Ternate, Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau, Riau, Sumatera Barat, dan berakhir di Pulau Telo Sumatera Utara.

Spesifik di Sumatra Barat, ujarnya, fenomena ini akan melintasi tiga kabupaten, yakni Limapuluh Kota, Pasaman, dan Pasaman Barat. Lantas apa dampak ekuinoks terhadap manusia yang mendiami daerah yang dilaluinya?

Rahmat mengungkapkan, salah satu dampak langsung yang terjadi saat ekuinoks terjadi adalah peningkatan suhu udara. Tercatat, rata-rata suhu maksimal di wilayah Indonesia adalah sekitar 32-36 derajat Celcius.

"Meningkatnya suhu udara menyebabkan meningkatnya tingkat penguapan. Hal ini dapat memicu pertumbuhan awan yang lebih cepat serta curah hujan yang lebih tinggi," ujar Rahmat, Kamis (21/9).

Tak hanya curah hujan, terjadinya gelombang tinggi juga merupakan dampak lain dari fenomena ini. Hal ini, katanya, disebabkan meningkatnya suhu di sekitar khatulistiwa. Meningkatnya suhu kemudian menyebabkan tekanan rendah, sehingga angin bergerak menuju pusat tekanan rendah tersebut. "Pergerakan angin yang mengarah ke khatulistiwa dapat menyebabkan gelombang tinggi di wilayah khatulistiwa," ujar Rahmat.

Kewaspadaan harus tetap ada lantaran cuaca ekstrem bisa saja terjadi selama ekuinoks berlangsung. Rahmat menyebutkan, jika fenomena ekuinoks bersamaan dengan fenomena atau gangguan cuaca lain seperti daerah tekanan rendah, kovergensi, dan MJO (Madden-Julian Oscillation) maka hal tersebut bisa mengakibatkan cuaca ekstrem.

"Masyarakat diimbau untuk mengantisipasi cuaca yang cukup panas dengan tidak banyak beraktivitas di luar rumah, mengurangi aktivitas di laut, meningkatkan daya tahan tubuh," ujar Rahmat.

Namun terpenting, ujarnya, BMKG meminta masyarakat untuk tidak termakan berita bohong atau hoax, seperti kenaikan suhu yang dapat menyebabkan kerusakan organ dalam tubuh. Menurutnya, yang perlu diwaspadai adalah bila curah hujan yang tinggi terjadi bersamaan dengan gelombang tinggi dapat menyebabkan banjir di daerah sekitar muara sungai.

Fenomena ekuinoks disambut dengan perayaan oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Pasaman bekerja sama dengan BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang melaksanakan kegiatan 'Perayaan Titik Kulminasi' dengan melakukan pengamatan Titik Kulminasi di Kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman. Kegiatan ini bakal dilaksanakan pada Sabtu (23/9) depan saat matahari berada di atas khatulistiwa di wilayah Kabupaten Pasaman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement