REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menyebut, ketidakpastian lapangan kerja di sektor formal dan lesunya aktviitas ekonomi mikro bisa menyebabkan mobilisasi massa yang begitu mudah dan cepat. Karena, isu-isu tertentu yang membuat gaduh situasi nasional bisa menjalar ke akar rumput.
"Karena itu, pemerintah harus jujur dan terbuka terhadap situasi perekonomian negara. Dengan sikap terbuka dan jujur, rakyat akan mengetahui, memaklumi bahkan bisa memperluas kepedulian untuk bergerak bersama," kata Ketua DPP KNPI, Muhammad Rifai Daus melalui siaran persnya yang diterima Republika.co.id, Rabu (20/9).
Menurut Rifai, KNPI prihatin melihat perkembangan situasi kebangsaan dan kemasyarakatan. Betapa mudahnya masyarakat menjadi objek provokasi dan agitasi terhadap isu-isu tertentu. Semisal, isu tentang politik identitas, SARA, kebangkitan komunisme atau revivalisme Islam.
Menurut Rirfai, pemerintah boleh saja memprioritaskan pembangunan infrastruktur sebagai agenda utama. Tetapi upaya dan agenda program kesejahteraan masyarakat tidak boleh diabaikan.
"Situasi kebatinan yang dirasakan oleh mayoritas masyarakat saat ini adalah; sulitnya lapangan pekerjaan, daya beli semakin turun, serta lesunya kegiatan perekonomian mikro. Tetapi pada wajah lain, dinamika politik seolah berjalan pada aras sendiri, jauh dari relung kebatinan yang diharapkan masyarakat," katanya.
Karena itu, Rifai melanjutkan, sudah saatnya kaum elite untuk bisa duduk bersama, bersinergi dan tidak mencari popularitas sendiri-sendiri. Apalagi memanfaatkan momentum yang berpotensi memperkeruh situasi.
"Dengan sinergi seharusnya kaum elite dapat menjadi stimulator solusi, agar isu-isu tertentu tidak lagi dimanfaatkan oleh kelompok tertentu atau menjadi komoditas politik sesaat. Indikatornya, bagaimana kegaduhan itu bisa dikonversi dalam bentuk pendekatan dialog dan tidak mengandalkan kekuatan barisan massa," katanya.