Selasa 19 Sep 2017 19:57 WIB

TGB Sebut Budaya Sebagai Instrumen Relaksasi Bangsa

Rep: M Nursyamsyi/ Red: Endro Yuwanto
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi memberikan ceramah sebelum shalat tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (8/6).
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi memberikan ceramah sebelum shalat tarawih di Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (8/6).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi mengatakan, Indonesia memiliki keragaman budaya yang tidak terhitung jumlahnya. Pria yang dikenal dengan panggilanTuan Guru Bajang (TGB) ini menilai, beragamnya etnis, bahasa, hingga budaya menjadi satu kekuatan yang dimiliki Indonesia.

"Kebudayaan dapat disimpulkan sebagai instrumen relaksasi sosial untuk mengurangi berbagai ketegangan di antara anak bangsa. Sebab di dalamnya terdapat nilai-nilai kultural yang sangat besar untuk menyatukan masyarakat," ujar TGB saat menjadi narasumber pada Forum Group Discussion seri IV dan Simposium Nasional yang diselenggarakan Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) di Senayan di Jakarta, Selasa (19/9).

TGB menyampaikan materi tentang pendayagunaan kearifan lokal dalam memperkuat semangat kebangsaan. Ia menceritakan pengalamannya dalam memimpin NTB selama dua periode hingga saat ini, di mana dia menemukan banyak permasalahan sosial dan konflik antara masyarakat yang sulit dituntaskan hanya mengadalkan institusi penegak hukum.

TGB memandang, persoalan tersebut membutuhkan peran lebih dari institusi adat dalam menyelesaikan konflik-konflik sosial tersebut. Menurut dia, terdapat tiga terminologi sangat mendasar dalam permasalahan yang kerap terjadi di lapangan. Antara lain, faktor kebijaksanaan, pengetahuan, dan kecerdasan yang dijadikan pedoman bersama .

"Jadi kearifan lokal berkaitan erat dengan cara pandang tentang kerukunan, kepatutan, dan keselarasan dalam menjalani kehidupan bersama," lanjut TGB.

Untuk dapat memahami batasan-batasan tentang hal-hal yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, positif atau negatif, dan beradab atau tidak beradab, kata TGB, memerlukan tolak ukur dalam cara pandang. Di samping itu, juga mengandung tiga asas yang implementatif, yakni asas rukun, patut, dan laras. "Nilai-nilai universal inilah yang harus terus dirawat, dipahami, dan dikembangkan untuk merawat NKRI," kata TGB.

TGB menambahkan, nilai-nilai luhur budaya lokal merupakan cikal bakal dan mengilhami pemikiran para pendiri bangsa dalam merumuskan suatu konsensus nasional yang dapat diterima seluruh masyarakat Indonesia. "Pancasila lahir sebagai konsensus digali para ulama dan pendiri negara secara mendalam dari nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan nilai-nilai tradisi budaya lokal yang sangat beragam membentuk Nusantara dan Indonesia Jaya," ucap dia.

Dalam memimpin NTB, TGB mengaku menempatkan nilai-nilai agama dan budaya sebagai modal utama dalam visi misi pembangunan daerah yang merupakan implementasi untuk menjadikan NTB sebagai daerah yang religius sebagai modal sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement