Ahad 17 Sep 2017 18:18 WIB

Sumur Mengering, Warga Purbalingga Ambil Air di Sungai

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Seorang warga menimba air bersih dari sebuah lubang di Desa Pabean ilir, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (25/5).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
[ilustrasi] Seorang warga menimba air bersih dari sebuah lubang di Desa Pabean ilir, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (25/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Warga yang kesulitan mendapatkan air bersih di wilayah Kabupaten Purbalingga, semakin banyak jumlahnya. Selain beberapa desa lima wilayah kecamatan yang sudah mendapat pasokan air dari BPBD setempat, warga di tiga desa wilayah Kecamatan Karanganyar juga sudah mengalami kesulitan mendapatkan air.

"Sumur warga di desa kami, kebanyakan sudah mengering. Untuk mendapatkan air, terpaksa kami mengangsu ke Sungai Laban. Baik untuk kebutuhan cuci-cuci, maupun untuk kebutuhan air minum," jelas Tasimah, Ahad (17/9).

Dia menyubutkan, untuk kebutuhan air minum, warga yang mengangsu air dari sungai tersebut akan membuat semacam belik (kolam kecil) lebih dulu. Setelah air cukup bening, baru diangsu ke ember untuk dibawa pulang ke rumah. ''Jadi tidak langsung mengambil air dari sungai yang mengalir,'' katanya.

Menurutnya, warga Kecamatan Karanganyar yang saat ini sudah mengandalkan Sungai Laban untuk memenuhi kebutuhan airnya, antara lain terdiri dari warga Desa Karanganyar, Wanalaya dan Banjarkerta. Hampir pada setiap kemarau, sumur warga di ketiga desa itu mengering, sehingga harus mengangsu ke sungai.

Aktivitas mengangsu air di sungai ini, akan terlihat pada pagi dan sore. Setiap pagi, ibu-ibu akan terplihat bergerombol mencuci pakaian sekaligus mandi di sungai tersebut. Sedangkan pada sore hari, akan banyak orang membawa jirigen dan ember untuk mengangsu air.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga Satya Giri Podo, sebelumnya mengatakan pihaknya telah melakukan droping air ke enam desa di di lima wilayah kecamatan. Masing-masing di Kecamatan Karangmoncol, Kecamatan Kejobong, Kecamatan Pengadegan, Kecamatan Bobotsari dan Kecamatan Rembang. ''Untuk desa-desa yang mengalami kesulitan air bersih tersebut, kita sudah secara rutin melakukan dropping air bersih,'' katanya.

Dia menyebutkan, dari data yang ada di BPBD Purbalingga, sebenarnya ada sekitar 65 desa di 12 kecamatan yang pernah mengalami kesulitan air bersih. Data tersebut diperoleh berdasarkan data tahun 2015, di mana pada saat itu terjadi kemarau panjang. ''Mudah-mudahan tahun ini kamarau tidak berlangsung terlalu lama, sehingga desa yang mengalami kesulitan air tidak terus bertambah,'' katanya.

Sementara, mengenai dampak kekeringan di Banyumas, hingga saat ini BPBD setempat sudah memasok air sebanyak 259 tangki air bersih berkapasitas rata-rata 5.000 liter. Sedangkan desa yang mendapat pasokan, berjumlah 21 desa yang tersebar di 14 kecamatan. ''Desa yang terbanyak mendapat pasokan air, adalah Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang. Desa tersebut sudah mendapat pasokan air bersih sebanyak 36 tangki karena sudah mengalami kesulitan air bersih sejak akhir Juli 2017 lalu,'' jelasnya.

Selain itu, desa yang juga sudah cukup banyak mendapat pasokan air bersih adalah Desa Kalitapen dan Karangtalun Kidul Kecamatan Purwojati. Desa Karangtalun kidul sudah mendapatkan pasolan 33 tangki, dan desa Kalitapen sudah mendapat pasokan 32 tangki. "Desa-desa lainnya, relatif belum terlalu mengalami kesulitan air bersih karena dampak kemarau baru dirasakan sejak awal September," katanya.

Dia menyatakan, pihaknya akan terus melakukan pemasokan air bersih ke desa-desa yang kesulitan air bersih. "Soal stok kemampuan pasokan, insya Allah mencukupi. Untuk mengatasi dampak kekeringan tahun ini, BPBD Banyumas mendapatkan alokasi anggaran yang cukup untuk melakukan droping air bersih hingga 2.000 tangki air," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement