Sabtu 16 Sep 2017 21:44 WIB

Puluhan Warga di Cianjur Keracunan Makanan

Anak pasien korban keracunan makanan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe, Aceh, Senin (20/3). Sebanyak 12 pelajar Sekolah Dasar Negeri 4 dan balita mengalami diare (mencret) dan muntah-muntah secara massal.
Foto: Rahmad/Antara
Anak pasien korban keracunan makanan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe, Aceh, Senin (20/3). Sebanyak 12 pelajar Sekolah Dasar Negeri 4 dan balita mengalami diare (mencret) dan muntah-muntah secara massal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan warga Kampung Babakan, Desa Sukalaksana, Kecamatan Sukanagara, Cianjur, Jawa Barat, mengalami keracunan massal setelah menyantap nasi kotak dari warga yang menggelar hajatan.

Sedikitnya 29 orang warga usai menyatap nasi kotak yang berisi nasi kuning, telur, bihun dan tahu, mengeluhkan pusing, muntah dan mencret. Sehingga terpaksa mendapatkan perotolongan medis di rumahnya masing-masing karena jauh dari puskesmas.

"Kejadian berawal setelah warga menyantap nasi kotak yang diberikan keluarga hajat syukuran 40 hari bayi pada hari Jumat. Namun jumlah warga yang keracunan bertambah pada keesokan harinya, sehingga pihak desa mendatangkan tim medis dari Puskesmas Sukanaraga," kata Jujun seorang warga saat dihubungi Sabtu (16/9).

Dia menjelaskan, hingga saat ini dirinya dan puluhan warga lainnya masih merasakan pusing dan mulas serta buang air, meskipun telah mendapatkan perawatan dari tiga orang tim medis yang datang ke kampung tersebut.

Sementara Kepala Keperawatan dan Promkes Puskesmas Sukanagara, Hambali, mengatakan setelah mendapat informasi keracunan massal tiga orang petugas medis dari puskesmas langsung turun ke lokasi dan melakukan pemeriksaan serta penanganan.

"Awalnya 15 orang, kemudian hari ini jadi 29 orang, namun setelah dilakukan penanganan, sebagian besar sudah membaik, tinggal 8 orang yang masih mengeluhkan pusing, muntah dan mencret. Kalau kondisinya masih belum membaik, kami sudah imbau untuk dibawa ke puskesmas," katanya.

Dia menduga keracunan disebabkan makanan yang dikonsumsi warga, dimungkinkan ada makanan yang sudah tidak baik untuk dikonsumsi, namun pihaknya kesulitan untuk melakukan tes atau pengujian labolatorium karena sudah tidak ada sampel makanan.

"Makannya sudah tidak ada, jadi kami kesulitan untuk memastikan apakah dari nasi atau lauknya. Tapi sedang diusahakan mencari sampel lainnya agar dapat dipastikan penyebabnya. Untuk saat ini, kami fokus pada pemulihan," katanya

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement