Jumat 15 Sep 2017 16:18 WIB

Risma Ingin Anak Sekolah Diajarkan Tanggung Jawab

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berharap para guru bisa mendidik siswa-siswi untuk lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya. Sehingga, para siswa tersebut selalu membiasakan diri untuk belajar, dan tidak menganggap belajar itu dilakukan hanya saat akan menghadapi ujian nasional.

"Sering kali orientasinya belajar itu hanya saat ujian nasional. Maka genjot anak-anak kita untuk belajar. Mari biasakan kalau mereka mau berhasil maka mulai sekarang belajar, tidak bisa nanti," kata Risma saat melakukan pengarahan terhadap guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala SDN dan SMPN kota Surabaya di Graha Sawunggaling, Pemkot Surabaya, Jalan Jimerto, Surabaya, Jumat (15/9).

Risma kemudian mengingatkan betapa bahayanya jika anak-anak sekolah hanya mau belajar ketika akan menghadapi ujian nasional saja. Menurutnya, anak-anak tersebut bisa saja lulus dengan nilai yang baik, serta melanjutkan ke jenjang berikutnya dan diterima di sekolah unggulan. Namun mereka tidak bisa bersaing. "Bisa saja nilai ujian nasionalnya bagus, masuk SMA bagus, tapi tidak bisa apa-apa karena hanya menyiapkan untuk Unas saja," ucap Risma.

Ketika generasi penerus bangsa itu tidak bisa bersaing, lanjut Risma, bisa jadi saat memasuki dunia kerja mereka hanya menjadi penonton. Karena, mereka tidak akan mampu bersaing dengan para pemuda dari negara-negara lain. Apalagi, saat ini sudah memasuki era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

"Anak-anak kita itu akan bersaing dengan anak-anak di dunia. Saat ini sudah era MEA, 2020 sudah WTO. Kalau kita tidak siapkan anak-anak kita, maka anak-anak kita hanya jadi pecundang, hanya jadi penonton," terang Risma.

Sementara itu, salah seorang guru dari SDN Kalisari 1 Surabaya, Muhammad Ali Fuad menjelaskan, faktor yang membuat anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu untuk memainkan gawainya ketimbang belajar adalah lingkungan. Apalagi, Surabaya merupakan kota besar, dimana perkembangan teknologi tidak bisa dihindarkan.

Namun demikian, bukan berarti kebiasaan tersebut tidak bisa diubah. Menurutnya, kedisiplinan bisa ditumbuhkan bukan dengan cara memaksa anak-anak. Namun, dengan membuatkan satu sistem yang bisa membuat anak-anak merasa, kedisiplinan adalah sebuah kebutuhan.

"Pemaksaan untuk disiplin itu bukan pada sebuah ketegasan fisik. Tapi bagaimana sebuah sistem yang mana anak-anak mau mengikuti sistem itu, yang nyaman untuk diikuti kemudian si anak merasa saya kok enjoy dengan disiplin ini," ucap Fuad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement