REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Krisis air bersih yangmelanda Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, membuat warga harus mengandalkan air bersih yang dijual pedagang keliling. Pedagang air bersih pun jadi laris manis.
Hal itu seperti yang dialami seorang penjual air bersih asal Desa Panunggul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Sarmin (59 tahun). Selama musim kemarau ini, dia menjadi andalan warga Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, yang membutuhkan air bersih.
Sarmin menuturkan, dalam sehari, dia harus bolak-balik dua sampai tiga kali untuk mengangkut air bersih dari rumahnya menuju Desa Gegesik Kulon. Jarak dari rumahnya menuju Desa GegesikKulon mencapai sekitar dua kilometer. "Jualannya setiap hari, "kata Sarmin, saat ditemui sedang berjualan air bersih di Desa Gegesik Kulon, Kamis (14/9).
Sarmin menjelaskan, ia mampu menjual 140 jeriken air bersih per hari. Harga air bersih yang dijualnya senilai Rp 2.000 per jeriken yang berkapasitas 22 liter. Namun, jika warga membeli air bersih sebanyak tiga jeriken, harga yang diberikannya hanya Rp 5.000 untuk tiga jeriken.
Sarmin mengaku memiliki pelanggan tetap sekitar 100 orang. Setiap pelanggan, rata-rata membeli air bersih darinya sebanyak lima sampai enam jeriken per hari. Dari penjualan air bersih itu, dia memperoleh penghasilan sekitar Rp 150 ribu per hari.
"Saya sudah jualan air bersih selama 14 tahun," tutur pria yang bisa membiayai kuliah dua orang anaknya dari hasil usahanya itu.
Awalnya, Sarmin berjualan air keliling dengan menggunakan sepeda dan becak. Namun sejak 2005, dia menggunakan traktor yang disulapnya menjadi kendaraan operasional saat berjualan air bersih.
Salah seorang warga Blok PuloRancang, Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik, Karseni (42 tahun), mengatakan, sudah berlangganan air bersih dari Sarmin sejak 14 tahun lalu. Dia mengaku sangat terbantu dengan adanya Sarmin yang berjualan air bersih. "Setiap hari saya beli enam jeriken air," tutur Karseni.
Krisis air bersih selalu dialami warga Desa Gegesik Kulon setiap musim kemarau tiba. Pasalnya, sumur-sumur milikmereka kering sehingga tak bisa lagi memenuhi kebutuhan air bersih. Apalagi, desa itupun hingga kini belum terlayani jaringan air bersih dari PDAM.