REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Musim kemarau yang berkepanjangan menimbulkan persoalan baru bagi Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Terpaan sinar matahari yang terus menerus tanpa diselingi hujan, membuat sejumlah areal di TNGR rawan terbakar.
Kepala Resort Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sembalun Zainudin mengatakan, selama periode Agustus hingga September ini, tercatat kebakaran lahan terjadi di lima titik di TNGR, meliputi empat titik yang berada di kawasan Sembalun, Lombok Timur, dan satu titik di Senaru, Lombok Utara.
Kebakaran perdana dalam periode ini terjadi di sekitar jalur pendakian Sembalun dengan luas mencapai 91 hektare pada Senin (21/8). Dua hari berselang, kebakaran juga terjadi di Pos Tiga seluas 7 hektare. Kemudian, pada 26 Agustus, kejadian serupa terjadi dengan lahan terbakar seluas 6,6 hektare. Yang masih hangat, terbakarnya lahan seluas 2 hektar di Pusuk Sembalun pada Rabu (13/9) kemarin. Untuk yang melalui pintu masuk Senaru, kebakaran sempat terjadi di Gunung Sangkarean seluas 4 hektar pada 26 Agustus.
Zainudin menyebutkan, vegetasi yang terbakar dalam rentetan kebakaran hutan di TNGR meliputi rumput kering, semak belukar, hingga alang-alang.
"Penyebab utamanya faktor cuaca yang panas," ujar Zainuddin di Mataram, NTB, Kamis (14/9).
Namun, dalam beberapa kejadian kebakaran, dugaan kesalahan manusia, dalam hal ini pengunjung TNGR menguat. Pihak TNGR masih menyelidiki kasus puntung rokok yang ditengarai menjadi penyebab kebakaran. Menurut Zainudin, hal ini memungkinan terjadi. Pasalnya, dengan cuaca panas yang begitu terik, ditambah angin yang cukup kencang, puntung rokok yang masih menyala dapat berakibat fatal bagi lingkungan di sekitar kawasan TNGR.
"Itu dalam hitungan jam dengan angin kencang, api langsung menyebar," kata Zainudin.
Sebagai antisipasi ke depan, Balai TNGR meningkatkan patroli di jalur-jalur yang rawan kebakaran hutan. Selain itu, sosialisasi agar tidak membuang puntung sembarangan juga terus digencarkan, baik bagi masyarakat sekitar maupun para pengunjung yang hendak melakukan pendakian.
"Pastikan, mati rokoknya, puntungnya bawa kembali (turun)," kata Zainudin.
Zainudin menambahkan, kejadian kebakaran hutan di jalur pendakian juga berdampak bagi sektor pariwisata di Lombok. Akibat kejadian kebakaran, Balai TNGR sempat menutup sementara jalur pendakian untuk memastikan kondisi sudah benar-benar aman.