Ahad 10 Sep 2017 08:54 WIB

Penghargaan Rancage Bisa Lestarikan Bahasa Daerah

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jabar, Deddy Mizwar mendukung pemberian penghargaan sastra Rancage yang digelar oleh Yayasan Kebudayaan Rancage, Sabtu (9/9). Menurut Deddy, tahun ini penghargaan rancage diberikan untuk yang ke 27 kalinya.

"Pemberian penghargaan, sudah cukup lama tapi tetap perlu didukung dengan penggunaan bahasa daerah sekarang yang sudah semakin banyak berkurang," ujar Deddy Mizwar yang akrab disapa Demiz kepada wartawan.

Demiz menilai, penghargaan ini bisa melestarikan bahasa daerah di Indonesia. Apalagi, pemberian penghargaannya sekarang diperluas bukan hanya untuk bahasa daerah di Jabar tapi juga ke daerah lain. 

"Ini penting, soalnya tadi bupati di salah satu daerah di Sumut juga menyatakan,  belum ada penghargaan sastra di daerahnya," katanya.

Demiz menilai,  Jabar menjadi salah satu daerah yang menginisiasi penghargaan karya satra dan bahasa daerah. Jadi, harus terus disokong oleh semua pihak. Bahkan, harusnya ada pengembangan upaya pelestarian bahasa daerah. Misalnya, harusnya ada debat dalam bahasa daerah. Yakni, dengan memanfaatkan TV daerah.

"Harusnya ada debat dalam bahasa daerah supaya anak-anak bisa menggunakan bahasa daerahnya itu," katanya.

Saat ini, kata dia, lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa daerah memang ada. Tapi, porsinya sedikit dan tak digunakan dalam keseharian mereka. Banyak remaja, lebih senang belajar bahasa asing. Padahal, bagaimana pun juga semua daerah harus melestarikan bahasanya. 

"Melestarikan bahasa ini, harus terintegrasi tak sepotong-potong apa yang harus dikerjakan agar masyarakat menggunakan bahasa daerahnya sehingga budayanya pun terpelihara oleh masyarakat," katanya.

 Saat ditanya apakah saat ini upaya pengembangan bahasa daerah yang ada sudah cukup untuk melestarikan bahasa daerah, Demiz mengatakan, upaya pengembangan bahasa harus terus dilakukan. Walaupun, memang sudah muncul berbagai komunitas dan lain-lain tapi di sisi lain nama-nama jalan dan nama rumah makan semakin banyak yang menggunakan bahasa asing. Padahal, dalam Undang-undang memerintahkan seharusnya penamaan nama jalan pun menggunakan Bahasa Indonesia. 

"Tapi sekarang banyak yang pakai bahasa asing. Bahkan, sudah berubah bukan nama Indonesia atau daerah tapi pakai Bahasa Inggris dan Arab," kata Demiz seraya mengatakan dibutuhkan komitmen masyarakat untuk terus menggunakan bahasa daerah karena saat ini sebagian masyarakat masih kurang komit berbahasa daerah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement