REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Myanmar Ito Sumardi mengungkapkan, tanggapan yang didapatkannya dari pemerintah Myanmar pascapembakaran bendera di Indonesia. Setalah kejadian itu, dia mengaku mendapatkan telepon dari para pimpinan negeri tersebut.
"Satu dua hari saya ditelepon dua menteri dan tiga orang direktur jenderal (dirjen). Mereka bertanya mengapa ada pelemparan bom molotov ke Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar untuk Indonesia di Jakarta. Mereka juga tanya kenapa membakar bendera mereka?" kata Ito saat ditemui wartawan di Hotel Tugu Malang, Jumat (8/9).
Saat mendapatkan telepon tersebut, Ito tentu saja berusaha memberikan pemahaman sebaik mungkin. Dia menegaskan bahwa kasus tersebut tidak merepresentasikan semua demo yang dilakukan warga Indonesia. Kejadian itu hanya dilakukan sebagian kecil masyarakat Indonesia atas kasus Rohingya di Myanmar.
"Coba kalau bendera kita dibakar, apa kita terima?," ucapnya.
Dia juga mengingatkan agar masyarakat Indonesia tidak menyinggung harkat dan martabat masyarakat Myanmar. Sebab, jika mereka merasa tercabik atas tindakan itu akan mempengaruhi hubungan antara Myanmar dan Indonesia. Kalau seperti ini, dia khawatir pemerintah dan masyarakat Myanmar akan menutup kesepakatan bersama yang telah dibuat untuk membantu Rohingya.
Sebelumnya, Kedutaan Besar Myanmar di Jalan Haji Agus Salim jadi sasaran demo. Sejumlah massa Aksi Bela Rohingya meluapkan emosinya dengan membakar bendera Myanmar di depan kedutaan, Rabu (6/9) sore.