REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menegaskan, pihaknya tidak akan mengirim delegasi acara Kongres XVI Dokter Anak se-ASEAN yang akan berlangsung di Myanmar. Langkah tersebut dilakukan atas nama kemanusian dan bentuk simpatik terhadap kesengsaraan anak-anak etnis Rohingya akibat ulah Myanmar itu sendiri.
"Kami tak akan mau duduk-duduk tertawa-tawa diskusi di hotel berbintang lima bersama kalian sementara ribuan anak-anak Rohingya kalian bikin sengsara di dekat lokasi kalian itu. Kami sungguh tak sudi," tegas Piprim saat dihubungi melalui saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (8/9).
Rencananya, kongres bakal digelar dari 21-24 September, dengan tema memastikan pola hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan anak-anak ASEAN. Tentu saja hal ini bertentangan dengan fakta kesejahteraan anak-anak etnis minoritas Rohingya yang masa depannya terancam. Bahkan kekejaman Junta Militer Myanmar dikecam Paus Fransiskus.
"Masyarakat internasional pun tidak hanya di Indonesia memprotes kebiadapan rezim Myanmar terhadap Rohingya. Tidak hanya orang-orang dewasa tapi juga anak-anak yang menjadi korban," keluh Piprim.
Piprim mengaku awalnya pihaknya akan mengikuti kongres tersebut. Hanya saja ada masukan dari beberapa rekan IDAI mempertanyakan kongres di Myanmar itu.
Terlepas dari etnis Rohingya yang beragama Islam, tragedi di Rakhine adalah tragedi kemanusiaan. Sehingga tidak logis ada satu kongres dokter anak yang temanya mensejahterakan kehidupan anak-anak ASEAN di negeri yang membunuhi anak-anak itu sendiri.
"Saya tidak berbicara bahwa dia muslim kalaupun mereka non-muslim saya pun tidak akan datang. Jadi ini lebih ke sisi kemanusiaannya bukan dari sentimen agama. IDAI berdiri di atas semua agama dan golongan," utur Piprim.
Hal senada juga disampaikan dokter Arifianto. Dia mengaku sangat mendukung dan mengapresiasi langkah IDIA untuk tidak mengirim delegasi ke kongres anak di Myanmar. Menurutnya hal itu sebagai sikap dokter anak di Indonesia terhadap tragedi kemanusiaan di Myanmar.
"Saya apresiasi dan dukung sikap IDIA ini. Karena bagaimanapun juga anak-anak Rohingya saat ini hidup sangat sengsara karena tragedi kemanusiaan ini," tutup Arifianto.