REPUBLIKA.CO.ID, BIMA -- Kabupaten Bima merupakan salah satu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang memiliki potensi pengembangan peternakan yang sangat potensial.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bima Taufik saat menerima kunjungan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Kantor Pemerintah Kabupaten Bima, Jumat (8/9), menjelaskan potensi peternakan yang dimiliki Bima didasari luasnya lahan ada di Bima. Luas lahan mencapai 438.940 hektar (ha) dengan rincian untuk lahan sawah seluas 42.963 ha dan lahan bukan sawah seluas 381.945 ha, lahan bukan pertanian sebesar 14.032 ha, di mana seluas 12.082 ha dimanfaatkan sebagai padang rumput atau penggembalaan.
Luas lahan tersebut memiliki daya tampung ternak sebesar 244.896,07 UT, sementara daya tampung sampai saat ini baru mencapai 182.687 UT atau 74.60 persen sehingga masih mampu menampung ternak sebanyak 62.209,07 UT atau 25,40 persen.
Taufik menambahkan, pada 2015 telah ditetapkan lahan pelepasan ternak masyarakat melalui Surat Keputusan Bupati Bima seluas 137 Ha di Desa Oi Tui, Kecamatan Wera dan 100 Ha di Desa Piong, Kecamatan Sanggar, di mana populasi ternak yang cukup tinggi yaitu sapi sebanyak 177.701 ekor, kerbau 14.093 ekor, kuda 5.635 ekor, kambing 211.617 ekor, domba 11.264 ekor dan unggas 1.573.297 ekor yang tersebar di 18 kecamatan.
Sementara jumlah Rumah Tangga Peternak sebanyak 16.946 KK berdasarkan hasil PSPK 2011, dan kelompok ternak sebanyak lebih dari 457 kelompok berdasarkan SK Bupati Bima. Sementara jumlah kelompok yang telah menerima bantuan ternak sampai 2016 sebanyak 258 kelompok.
"Terkait dengan ekspor sapi daerah Kabupaten Bima menjadi salah satu daerah pengekspor ternak potong ke pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi," ujar Taufik dalam keterangan tertulisnya, Jumay (8/9).
Untuk 2017, jatah pengeluaran ternak potong Kabupaten Bima tercatat sebesar 13.250 ekor yang terdiri atas sapi 12 ribu ekor, kerbau 1.250 ekor dimana pengeluaran ternak potong sampai Agustus sebanyak 9.069 ekor sapi dan 1.244 ekor kerbau.
Namun begitu, masih banyak pekerjaan rumah bagi Pemkab Bima dalam pengembangan peternakan sapi, antara lain pemeliharaan ternak umumnya dilakukan dengan cara ekstensif yaitu dilepas dan dibiarkan mencari makan pada lahan-lahan pegunungan dan bukit-bukit sehingga pengawasan peternak terhadap keamanan dan kecukupan akan kebutuhan pakan tidak dapat dilakukan dengan baik. Sebagian besar lahan sumber pakan, terutama padang penggembalaan merupakan lahan kering sehingga ternak kekurangan air terutama pada musim kemarau.
"Kualitas sapi masih kurang baik karena para peternak belum mampu memilih induk yang baik dan membiarkan ternaknya kawin secara inbreeding (sedarah)," ucap Taufik.
Selain itu, masih banyak pemotongan sapi betina produktif sebagai akibat dari tuntutan kebutuhan peternak yang harus dipenuhi dan keuntungan harga jual yang lebih besar jika dibandingkan dengan memotong sapi jantan. Para peternak umumnya masih memelihara ternak secara individual, tradisional dan belum menggunakan prinsip bisnis dimana peternak masih terbatas dalam akses permodalan, teknologi dan pasar.
Menghadapi persoalan tersebut, Pemkab Bima melakukan sejumlah upaya meliputi pengembangan infrastruktur, peningkatan sarana dan prasarana peternakan, pengembangan pasar dan perdagangan melalui perda/perbub tentang kebijakan pengeluaran, pemasukan dan pemotongan ternak serta menyediakan dana talangan bagi penyelamatan pemotongan betina produktif.
Anggota Wantimpres Jan Darmadi mengatakan kunjungan kerja tersebut untuk mengetahui keberadaan populasi pengembangan hewan ternak khususnya ternak sapi yang ada di wilayah Kabupaten Bima. "Bima merupakan salah satu wilayah sektor pengembangan hewan ternak sapi yang sangat berkualitas, sehingga dengan pengembangan hewan ternak ini akan mendukung program Presiden dan Wakil Presiden dengan nawacita pengembangan swasembada di bidang peternakan," kata Jan.