REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno mengatakan Presiden Joko Widodo lebih senang dengan aksi nyata membela etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, daripada saling mengecam. Aksi nyata ini dilakukan dengan berbagai negosiasi, baik dengan Pemerintah Myanmar maupun negara lainnya.
Pemerintah berharap negosiasi tersebut mampu menyelesaikan secara cepat persoalan sosial yang mendera Muslim Rohingya. "Sebagai bangsa (Indonesia), kita harus bersama-sama bergerak menangai masalah kemanusiaan ini," kata Pratikno, Jumat (8/9).
Pratikno menjelaskan, sejauh ini banyak negara yang berharap tinggi terharap Indonesia dalam menangai konflik sosial ini. Selain Perdana Menteri Turki, Presiden Jokowi juga telah berkomunikasi dengan Perdana Menteri Australia.
Harapan ini sangat tinggi karena Indonesia menjadi negar satu-satunya yang memiliki akses ke Rakhine State di Myanmar. Ini menjadi sangat penting agar mampu mendorong perbaikan kebijakan yang ada di Myanmar.
Karena aksi nyata ini, pemerintah tidak khawatir aksi-aksi yang dilakukan masyarakat akan menganggu hubungan Indonesia-Myanmar. Pratikno mengatakan bahwa pemerintah yakin kerja sama antara Indonesia dan Myamar akan tetap baik.
Masyarakat melakukan sejumlah aksi mengecam tindakan kekerasan terhadap Muslim Rohingya di Myanmar. Aksi-aksi ini mulai dari doa bersama, pengumpulan dana, hingga unjuk rasa di sejumlah tempat seperti di depan Kedutaan Besar Myanmar.
Aksi di Kedutaan Besar Myanmar sempat diwarnai lemparan bom molotov. Tuntutan pendemo juga bukan hanya mendesak Pemerintah Myanmar untuk menyelesaikan persoalan Rohingya, namun juga meminta Pemerintah Indonesia menutup Kedubes Myanmar.