REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Banten, optimistis tenun Badui bisa mendunia setelah peragaan busana di London Fashion Week di Somerset House, London, Inggris. "Kami yakin tenun Badui bisa mendunia," kata Kepala Seksi Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Sutisna di Lebak, Kamis (7/9).
Kelebihan tenun Badui dikerjakan secara tradisional oleh perajin masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak adalah memiliki aneka warna dan motif. Aneka motif tenun Badui cukup banyak, di antaranya poleng hideung, poleng paul, mursadam, pepetikan, kacang herang, maghrib, capit hurang, susuatan, suat songket, smata (girid manggu, kembang gedang, kembang saka).
Selain itu juga motif adu mancung, serta motif aros yang terdiri dari aros awi gede, kembang saka, kembang cikur, dan aros anggeus. Motif tenun Badui itu juga memiliki makna tersendiri disesuaikan dengan budaya mereka.
Karena keunikannya itu, desainer muda Amanda I Lestari menyertakan tenun Badui pada ajang peragaan busana tingkat dunia, London Fashion Week di London, Inggris. "Semua peserta juga 26 desainer dunia pada peragaan busana itu tertarik kain Badui," katanya.
Menurut dia, saat ini perajin tenun Badui di kawasan masyarakat tradisional tersebut berkembang hingga ratusan perajin. Kehadiran perajin tenun Badui itu tentu menyumbangkan pendapatan ekonomi dan menyerap lapangan pekerjaan.
Pihaknya terus melestarikan budaya kerajinan khas masyarakat Badui karena memiliki banyak aneka motif pilihan dan lebih unik, berbeda dengan tenun dari daerah lain di Tanah Air. Pemerintah daerah kini membina sebanyak 200 perajin Badui dengan pelatihan-pelatihan juga menyalurkan bantuan peralatan produksi.
Selain itu, perajin tenun Badui melakukan studi banding dengan magang ke luar daerah, seperti Tasikmalaya, untuk memperdalam menjahit rajutan bordil kain. "Kami berharap ke depan tenun Badui bisa dijadikan hak paten," katanya.