Rabu 06 Sep 2017 23:58 WIB

Wisman Malaysia Dominasi Kunjungan ke Aceh

Kapal nelayan menuju pendaratan usai melaut di Pantai Wisata Ulee Lheue, Meuraxa, Banda Aceh.
Foto: Antara
Kapal nelayan menuju pendaratan usai melaut di Pantai Wisata Ulee Lheue, Meuraxa, Banda Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Sebanyak 18.534 orang wisatawan mancanegara (wisman) mengunjungi Aceh sepanjang Januari-Juli 2017 yang didominasi wisman asal Malaysia.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Rabu, mengatakan, wisman itu langsung masuk melalui pintu kedatangan di provinsi yang dijuluki "Serambi Makkah". "Tapi secara kumulatif pencapaian wisman Januari-Juli mengalami penurunan sebesar 16,54 persen terhadap periode yang sama tahun 2016," terangnya.

Jumlah wisman berkunjung ke di provinsi paling ujung Barat di Indonesi ini, selama bulan Juli 2017 tercatat sebanyak 3.834 orang.

Bila dibanding dengan bulan sebelumnya, maka jumlah wisman ke Aceh meningkat cukup fantastis yakni 214,26 persen karena di bulan Juni tahun ini cuma 1.220 orang. "Kalau negara asal, dari Malaysia yang paling banyak. Disusul Tiongkok, Australia, Prancis, Filipina, dan lain sebagainya," ucap dia.

Akibatnya, lanjut Wahyudin, tingkat penghunian kamar hotel berbintang di Aceh selama Juli sebesar 46,87 persen dari total kamar yang tersedia. "Mengalami peningkatan 4,72 poin dibandingkan selama Juni 2017. Sedangkan akomodasi lain di Juli juga mengalami peningkatan 5,12 poin, jika dibanding dengan Juni tahun ini," beber dia.

Menteri Pariwisata Arief Yahya telah menargetkan kunjungan wisman sebanyak 15 juta orang di tahun ini. Hal itu, merupakan langkah demi mengejar target 20 juta wisman di tahun 2019.

Arief mengaku percaya diri dengan target tersebut, mengingat pencapaian kunjungan wisman yang masuk ke Indonesia di tahun 2016 yang mencapai 12.023.971 orang.

Menurutnya, target kunjungan tersebut perlu didukung sumber daya profesional di bidang pariwisata, termasuk dalam menyiapkam sumber daya manusia yang dilahirkan oleh lembaga pendidikan. "Dibutuhkan sekolah seperti Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung ini, untuk mengolah SDM di bidang pariwisata," kata Arief.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement