Rabu 06 Sep 2017 22:54 WIB

Konflik Rohingya tak Sesuai Ajaran Buddha

Rep: Issha Harruma/ Red: Ratna Puspita
Pengungsi Rohingya menuju pantai setelah berlayar di Teluk Bengal melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).
Foto: Mohammad Ponir Hossain/Reuters
Pengungsi Rohingya menuju pantai setelah berlayar di Teluk Bengal melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar di Teknaf, Bangladesh, Rabu (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN — Penyelenggara Bimas Buddha Kantor Kementerian Agama Kota Medan, Burhan, mengutuk keras tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Burhan mengatakan, pembantaian terhadap etnis Rohingya sama sekali tidak dapat ditoleransi karena tidak sesuai dengan ajaran Buddha.

Menurut Burhan, ajaran agama Buddha mengajarkan cinta kasih kepada sesama manusia dan sama sekali tidak menganjurkan kekerasan. "Sesuai ajaran Buddha, kejadian ini tidak bisa terjadi di bagian dunia mana pun," kata Burhan, usai pertemuan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan, Rabu (6/9).

Saat ini, FKUB Kota Medan sedang menggalang solidaritas untuk mendukung penyelesaian konflik di Myanmar. Berbagai elemen yang tergabung dalam FKUB terus menggalang dana bantuan untuk diserahkan kepada pengungsi Rohingya.

"Kami bersama majelis lintas agama yang tergabung dalam FKUB sepakat mendesak pemerintah Myanmar agar menghentikan tragedi berdarah tersebut serta membuka akses bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Rakhine utara," ujar dia.

Dia pun berharap, konflik Rohingya tidak menjadi pemicu konflik agama di tempat lain, khususnya Indonesia. "Jangan sampai, konflik di sana menjadi pemicu konflik agama di tempat lain, khususnya kota Medan," kata Burhan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement