REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Kupang, Apolinaris Geru mengatakan musim kemarau yang berlangsung selama Juni hingga Agustus 2017 akibat dominasi angin dari Australia. "Angin Australia yang bertiup dan mendominasi tekanan udara menyebabkan musim kemarau di NTT selama bulan Juni hingga Agustus," kata Apolinaris Geru, di Kupang, Rabu (6/9) terkait musim kemarau di NTT saat ini.
Hampir semua daerah di NTT saat ini tengah dilanda kekeringan hebat akibat kemarau panjang yang berlangsung sejak Mei 2017. Kondisi ini tidak saja berdampak pada pertanian dan peternakan, tetapi juga kesulitan air bersih bagi masyarakat, terutama yang bermukim di wilayah-wilayah yang berada di pedalaman.
Saat ini, pemerintah hanya membantu warga dengan mensuplay air melalui mobil-mobil tanki, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak, sementara untuk mandi dan mencuci, warga harus mencari air ke sungai-sungai terdekat.
Apolonaris mengatakan, selain faktor angin Australia, tipe iklim Nusa Tenggara Timur (NTT) yang 70 persennya adalah daerah kering sedangkan 30 persen lahan basah yang terdapat di Manggarai Tengah lebih mendukung terjadinya musim kemarau ini. Untuk itu pihak BMKG melalui Stasiun Klimatologi Kupang mengimbau masyarakat agar menghindari dan meminimalkan pembakaran yang disengaja agar tidak menyebar menjadi kebakaran besar.
Menurut dia, kecepatan angin yang tinggi dan juga suhu udara yang sangat panas membuat penyebaran api semakin cepat sata terjadi pembakaran. "Hindari pembakaran secara sengaja karena dengan kecepatan angin yang tinggi dan suhu udara yang panas penyebarannya akan cepat dan bisa jadi kebakaran besar," katanya.
Selain itu, dia mengimbau masyarakat yang berada di pesisir pantai untuk tetap waspada karena galombang masih saja tinggi dengan kecepatan angin yang masih tinggi pula.