REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengkajian terhadap teknologi nuklir di Indonesia sudah cukup lama. Hanya saja, belum banyak orang yang belum akrab dengan teknologi jenis ini, terutama terkait pemanfaatannya di bidang energi.
Untuk meningkatkan kesadaran (awareness) terhadap isu ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Selasa (5/9) menggelar seminar dengan tema 'Pengembangan Kapabilitas SDM Kajian Instalasi dan Bahan Nuklir' di Islamic Center UAD Kampus 4. "Kami berharap dengan diadakannya seminar ini mahasiswa dan dosen menjadi lebih melek terhadap teknologi nuklir," ujar Rektor UAD, Kasiyarno, pada pidato sambutannya, Selasa.
Menurut dia, saat ini mahasiswa terlalu nyaman dengan keberadaan teknologi informasi. Padahal, kata dia, masih ada teknologi nuklir yang juga bisa menjadi alternatif. "Ke depan saya berharap muncul inovasi-inovasi baru dari pemanfaatan teknologi nuklir ini," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Kasiyarno tak ketinggalan mengucapkan terima kasih kepada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) yang mana menjadi pihak yang bekerja sama mewujudkan seminar tersebut.
Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah, Chairil Anwar, mengungkapkan perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah lainnya juga terbuka untuk mengadakan kerja sama-kerja sama terkait sosialisasi teknologi nuklir dengan Bapeten.
Bapeten adalah lembaga pemerintah yang berfungsi memverifikasi dan menilai keselamatan serta keamanan sesuai dengan persyaratan pengawasan ketenaganukliran. Tiga fungsi utama pengawasan Bapeten adalah penyusunan regulasi, penerbitan izin, dan pelaksanaan izin.
Hingga saat ini, usaha Indonesia untuk memanfaatkan teknologi nuklir dalam bidang energi (pembangkitan listrik) masih belum tercapai, meskipun kalangan internasional berpendapat Indonesia sudah cukup mampu menggunakan teknologi nuklir.