REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyampaikan pesan khusus kepada tokoh perempuan Myanmar, Aun San Su Kyi terkait tragedi kemanusiaan yang dihadapi umat Islam Rohingya di Rakhine, Myanmar. Pesan tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini lewat Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi yang akan pergi ke Myanmar untuk bertemu Aun San Su Kyi.
"Saya menitipkan pesan khusus untuk Aun San Syu Kyi lewat Bu Retno. Saya menuntut agar kekerasan yang terjadi dan menimpa rakyat Rohingya segera dihentikan," ujar Helmy dalam keterangan tertulisnya, Ahad (3/9). Helmy juga menuntut komite Nobel mencabut pengghargaan Nobel perdamaian yang telah diberikan kepada Aun San Su Kyi, jika tidak segera meredam dan melakukan upaya resolusi dalam menyelesaikan tragedi kemanusiaan di Rohingya.
Situasi yang semakin tidak kondusif di Rohingya memancing banyak reaksi keras dari berbagai pihak. Reaksi itu antara lain berwujud pembentukan Aliansi Kemanusiaan Indonesia Untuk Myanmar (Akim) yang dikoordinasi Menteri Retno. Helmy Faishal sebagai perwakilam PBNU juga turut hadir dalam pembentukan aliansi tersebut di Gedung Pancasila, Jakarta, Kamis (31/8).
Helmy megatakan, pihaknya tidak tinggal diam dalam menyikapi kekerasan di Rohingya tersebut. Segala upaya terus dilakukan PBNU, salah satunya yaitu pro aktif menggalang dukungan kepada berbagai pihak untuk mencari solusi terbaik.
Selain itu, tambah dia, PBNU juga menggalang bantuan praktis melalui Lembaga Penanngulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU). "Bantuan ini sebagai upaya konkret membantu korban kemanusiaan Rohingya," kata Helmy.