REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG — Produksi komoditas kedelai Provinsi Lampung pada 2016 sebanyak 9.960 ton atau naik bila dibandingkan tahun sebelumnya. "Pada 2015, produksi kedelai Lampung mencapai 9.815 ton dengan luas lahan 8.407 hektare," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Lampung, Edi Yanto, di Bandarlampung, Sabtu (2/9).
Untuk meningkatkan produksi kedelai itu, Dinas TPH Lampung menambah luasan tanam sebesar 50 hektare. Jumlah produksi itu, menurutnya, masih kurang karena kebutuhan kedelai Lampung mencapai 100 ribu ton per tahun. Sedangkan produksi Lampung masih berkisar 7.500-10 ribu ton.
"Kami menargetkan kedelai juga bisa swasembada seperti jagung dan padi. Ini memang tidak mudah, tapi harus kita mulai," kata dia.
Langkah menuju swasembada itu, dia melanjutkan, tak hanya dengan menambah luasan areal budi daya. Tak kalah penting adalah menyiapkan tenaga teknis yang paham cara budi daya yang baik dan benar, serta memilih benih unggul.
Untuk itu, Pemprov Lampung pada 22-25 Agustus 2017, mengirim sejumlah tenaga teknis UPTD BBI Tanaman Pangan dan Alsintan Provinsi Lampung ke Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) dan UPT Pengembangan Benih Palawija di Malang, Jawa Timur.
"Kami melatih 18 tenaga teknis sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah swasembada kedelai 2020," katanya.
Selama di Malang, peserta memperlajari cara budi daya kedelai yang baik dan benar sejak pengolahan sampai panen. Kemudian, jenis varietas kedelai yang cocok untuk Lampung, teknik prosesing dan penyimpanan benih, cara penanggulangan hama dan penyakit tanaman kedelai, dan pengenalan modifikasi alsintan dalam pemeliharaan tanaman kedelai.
Menurut Edi Yanto, saat ini produktivitas kedelai di Lampung kurang dari satu ton per hektare. Idealnya produksi kedelai paling rendah 1,2 ton/ha. Kelemahan utama swasembada kedelai adalah produksi dan perbanyakan benih. Kemudian, keterampilan dan keterbatasan jumlah sumber daya manusia.
"Untuk sarana dan prasarana sudah memadai, namun perlu dioptimalkan lagi," katanya.
Ia menyebutkan, pemilihan varietas kurang tepat dengan kondisi lahan di Lampung, juga berpengaruh dalam produksi. Karena itu, para tenaga teknis tersebut ditargetkan mampu memilih varietas yang adaptif sesuai kondisi lahan di Lampung.
"Contohnya, pernah ditanam benih grobokan, ternyata varietas itu tidak cocok di Lampung. Setelah diteliti ternyata varietas yang cenderung cocok untuk kondisi Lampung yaitu anjasmoro, detam, dan gema," kata dia, menambahkan.