Senin 28 Aug 2017 21:47 WIB

Jelang Idul Adha, Pengrajin Tusuk Sate Kebanjiran Pesanan

  Seorang pedagang memberikan makan hewan kurban yang dijajakannya di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Kamis (24/8).
Foto: Mahmud Muhyidin
Seorang pedagang memberikan makan hewan kurban yang dijajakannya di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Kamis (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah/2017, pengrajin tusuk sate di Kampung Bitung Lebak, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kebanjiran pesanan. Martini (30 tahun), salah satu pengrajin tusuk sate, mengaku mendapatkan pesanan tiga kali lipat dari hari biasanya untuk keperluan lebaran Idul Adha.

"Kebanyakan yang pesan dari Bogor, bahkan luar Bogor, seperti Jakarta, Bekasi dan Tanggerang," kata Martini ketika ditemui, Senin (28/8). 

Menurutnya, pesanan selalu meningkat. Jika hari biasa mereka memproduksi enam ribu tusuk sate dalam sehari maka kini melonjak menjadi belasan ribu tusuk sate. Tingginya jumlah pesanan ini membuat Tini, sapaan akrabnya, harus menambah jumlah pekerja yang biasanya dua orang menjadi empat orang.

"Biasanya cukup dua orang saja, sekarang karena banyak pesanan jadi nambah empat orang yang mengerjakannya," kata Tini.

Kampung Bitung Lebak di Desa Gunung Malang dikenal sebagai kampung penghasil tusuk sate. Kebanyakan warga di sana, terutama ibu rumah tangganya bekerja sebagai pengrajin tusuk sate.

Selain Tini, ada juga Tuti seorang ibu rumah tangga yang juga disibukkan mengerjakan pesanan tusuk sate. Tusuk sate terbuat dari bambu, cara pembuatannya cukup sederhana hanya dibelah dan dipotong kecil-kecil serta dibentuk atau diraut dengan meruncingkan ujungnya.

Untuk memproduksi ribuan tusuk sate, mereka membutuhkan satu batang bambu jenis bambu andong atau bambu tali. Harga sebatang bambu dibeli oleh mereka sebesar Rp 20 ribu. "Untuk seribu tusuk sate kami menjualnya ke pengepul seharga Rp 9.000," kata Tuti.

Dari penjualan tusuk sate tersebut, Tuti melanjutkan, ia dapat mengantongi keuntungan sebesar Rp 70 ribu. Satu batang bambu dapat menghasilkan hampir satu juta tusuk sate. "Alhamdulillah untuk tambahan rumah tangga, bantu suami di rumah," kata Tuti.

Warga Kampung Bitung Lebak sudah menggeluti profesi sebagai pembuat tusuk sate. Hal ini berlangsung secara turun temurun, sejak puluhan tahun lalu. Ada ratusan pengrajin tusuk sate yang tinggal di kampung tersebut. Rata-rata mereka adalah ibu rumah tangga yang mengisi waktu di rumah bekerja membuat tusuk sate dari bambu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement