REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN --- Kemarau membuat air waduk Kembangan di Desa Mojorejo, Karangmalang, Sragen menyusut dua pekan terakhir. Waduk berkapasitas 500 ribu meter kubik itu kini hanya menyisakan sedikit air dengan ketinggian volume air waduk tak sampai satu meter.
Itu pun tersisa di tengah-tengah waduk. Kendati demikian, hal tersebut tak berdampak pada irigasi pertanian dan kebutuhan air warga di perumahan sekitar waduk.
Penjaga pintu air Waduk Kembangan Suratmo mengatakan sejak air waduk kembangan mengering, petani sekitar menyedot air sumur untuk irigasi. “Kalau waduk nya penuh airnya di sambung ke sawah, sekarang petani sedot air dari sumur,” kata Suratmo yang juga bertugas menjaga pintu air waduk Kembangan.
Dengan cara itu, kata dia, sawah warga pun terhindar dari dampak kemarau. Selain menyedot air sumur, jelasnya, sebagian sawah petani juga memanfaatkan aliran air sungai Bonggo.
Mulyadi, warga sekitar mengatakan, untuk kebutuhan sehari-hari warga menggunakan air PAM dan sebagian menggunakan air sumur. Meski kemarau, air di sumur-sumur warga pun masih tersedia. “Mungkin karena dekat dengan sungai Bonggo, kan airnya dari Lawu nggak habis-habis, kalau kemarau begini memang agak berkurang tapi tapi tetap ada,” katanya.
Kepala BPBD Kabupaten Sragen, Dwi Sigit Kartanto memastikan tak terjadi krisis air di Mojorejo. Dia mengatakan hingga saat ini baru ada 5 desa yang mengajukan bantuan air bersih akibat kemarau. “Desa yang mengajukan baru lima desa, Ngargotirto, Ngrombo, Tangen, Gebang Sukodono, dan Jenar,” katanya. (link menyusutnya air waduk kembangan)
Ia mengimbau agar pemangku desa segera melapor jika terjadi krisi air didaerahnya. Dwi mengatakan BPBD tAiaap menyalurkan bantuan air bersih pada warga yang terdampak krisis air bersih akibat kemarau.