Sabtu 26 Aug 2017 23:40 WIB

Tim Ekspedisi Heart of Borneo Jelajahi Hutan Kalimantan

Ilustrasi Hutan
Foto: pixabay
Ilustrasi Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, PUTUSSIBAU, KALBAR -- Sebanyak 12 orang Tim Ekspedisi Heart Of Borneo 2017, berangkat menjelajahi hutan Kalimantan dari Putussibau, Kapuas Hulu di Kalimantan Barat menuju Balik Papan di Kalimantan Timur.

"Tim ekspedisi itu akan menjelajah kawasan Taman Nasional Betung Kerihun dari arah barat di Hulu Sungai Kapuas Kalbar melalui pegunungan Muller Swachner menuju ke arah timur di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum Kapuas Hulu, Arief Mahmud ketika melepas Tim Ekspedisi melalui Sungai Kapuas di Putussibau, Kapuas Hulu Kalimantan Barat, Sabtu (26/8).

Menurut Arief, Tim ekspedisi itu akan menjelajah lebatnya hutan, ganasnya riam - riam sungai dan terjalnya tebing di pedalaman Kalimantan, selama 14 hari mulai 26 Agustus - 08 September 2017.

Ia menjelaskan Tim itu terdiri atas gabungan dari staf Balai Besar TNBKDS dan masyarakat Tanjung Lokang. "Mereka orang - orang terlatih yang mampu bertahan di dalam hutan dan masing - masing memiliki kemampuan dalam hal penjelajahan, identifikasi potensi wisata, photografi, videografi dan perpetaan," kata Arief.

Lebih lanjut Arief mengatakan perjalanan Tim ekspedisi itu dimulai dari Putussibau menuju Desa Bungan Jaya yang akan memakan waktu satu hari dengan menggunakan speedboat. Keesokan harinya Tim akan melanjutkan perjalanan ke Desa Tanjung Lokang yang juga membutuhkan waktu satu hari dengan menggunakan sampan kecil bermesin yang dalam bahasa lokal disebut "cess".

Setelah itu Start dari Desa Tanjung Lokang tim akan melakukan perjalanan darat (tracking) selama kurang lebih sepuluh hari untuk sampai ke kampung Tiong Ohang di Hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.  "Perjalanan selanjutnya adalah menuju Long Bangun kemudian dilanjutkan ke Samarinda dan akan berakhir di Balikpapan Kalimantan Timur," jelas Arief.

Jalur ekpedisi "Cross Heart of Borneo" awalnya ditemukan oleh seorang dokter perwira berkebangsaan Belanda yang bernama Anton Willem Niewenhuis.

Niewenhuis melakukan ekpedisi di pedalaman Borneo Tengah tepatnya  Tanggal 3 Juli 1896, Niewenhuis memulai ekspedisinya dari Putussibau dengan 12 sampan dan 50 awak perahu dari Suku Kayan. Mengikuti jalan setapak sebelah selatan, mereka menelusuri Sungai Bungan dan Bulit, lalu turun ke Sungai Penane dan Kaso di sebelah timur.

Meski ekspedisinya adalah ekspedisi pemerintah kolonial, namun sebagai seorang ilmuwan, perhatian Nieuwenhuis justru pada segi etnografi dan medis dari manusia Dayak dan alam sepanjang Kapuas Mahakam.

Dikatakan Arief, perjalanan bersejarah itu masih tercatat dengan baik dan membuat penasaran para penjelajah untuk mencobanya, namun kondisi terkini jalur tersebut tidak banyak yang mendokumentasikannya.

"Pihak Balai Besar TNBKDS merasa penting membentuk tim Ekspedisi Cross Heart of Borneo 2017 untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan (photo dan video), memetakan dan mempublishkannya di media-media baik cetak, televisi dan medsos terkait potensi wisata dan keanekaragaman hayati di sepanjang jalur hulu Sungai Kapuas dan hulu Sungai Mahakam," tutur dia. Dirinya berharap, jalur itu akan semakin dikenal dan menarik perhatian para wisatawan minat khusus baik dalam negeri maupun luar negeri.     

Sementara itu, Ketua Tim Ekspedisi, Mustarudin mengatakan perjalanan itu merupakan amanah dari pimpinan yang akan dilaksanakan semaksimal mungkin. "Kami telah mempersiapkan fisik dan mental jauh hari sebelum kegiatan ini dilaksanakan, selain keperluan pribadi dan kesehatan kami juga telah membekali tim dengan peralatan yang sangat memadai berupa kamera DSLR, Drone, GPS, HP Satelit," kata Mustarudin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement