REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Universitas Tandulako (Untad) Rahmat Bakti, mengatakan, ideologi Pancasila sudah final. Tidak ada ideologi lagi yang harus didebatkan masyarakat Indonesia. Dia menuturkan, berdirinya negara Indonesia juga berdasar tokoh tokoh semua agama dan suku.
"Maka Pancasila lah menjadi titik temu menjadi dasar negara kita dan kesepakatan terdiri dari berbagai suku bangsa bahasa lokal," tutur Rahmat dalam keterangannya, Kamis (24/8). Pernyataan itu disampaikan Rahmat saat menjadi pembicara dalam seminar bertema 'Pemberdayaan Peran Pemuda dan Akademisi Guna Menangkal Ajaran ormas Anti-Pancasila' yang digelar Fakultas Hukum Untad di Graha KNPI Kota Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (24/8).
Seminar tersebut dihadiri organisasi mahasiswa dan kepemudaan, lembaga pers mahasiswa, serta BEM beberapa kampus di Palu. Selain Rahmat, hadir pula sebagai pemateri adalah perwakilan Kesbangpol Provinsi Sulteng Iwan Gumiwa, dan Ketua DPD KNPI Sulteng Muhammad Nurul Haq.
Rahmat mengatakan, di dalam Pancasila semua agama, suku daerah, dan golongan bisa terakomodasi. Karena itu, apabila masih ada pihak tertentu yang mempermaslahkan dasar negara Indonesia maka sama saja peradaban masyarakat semakin mundur.
Dia pun mengajak mahasiswa untuk bebas berpikir secara konstruktif demi pembangunan bangsa, asalkan tidak menyebarkan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila. "Oleh karenanya maka kita sebagai mahasiswa belajar lah dengan baik. Sepanjang pikiran dijamin UUD45 dan tidak melanggar aturan dan tidak bertentangan siapa saja. Silakan saja," ujarnya.
Sementara, Iwan Gumiwa mengatakan, Kesbangpol Sulteng mendasarkan semua ormas yang dibentuk harus sesuai dengan Pancasila. "Apabila ada kelompok kelompok tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 maka patut dipertanyakan. Kesbang harus menata semua administrasi apabila tak sesuai aturan maka akan kita panggil," ucap dia.
Ketua DPD KNPI Sulteng, Muhammad Nurul Haq, menyatakan apabila ada ormas yang menyatakan Pancasila bertentangan dengan Alquran maka hal itu bisa diperdebatkan. Dia menenegaskan, ormas yang memeluk paham ekstrem harus dibubarkan. "Dulu yang diperhatikan gerakan komunis. Bahaya laten. Jangan sampai hidup dan berkembang," katanya.