Kamis 24 Aug 2017 11:32 WIB

Jimly: Menjadi Penulis Buku Siap tidak Mendapat Apa-Apa

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie bersama Waketum ICMI Sri Astuti Buchari (kanan) saat konferesni pers di Jakarta, Rabu (9/8).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie bersama Waketum ICMI Sri Astuti Buchari (kanan) saat konferesni pers di Jakarta, Rabu (9/8).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Jimly Asshidique kembali meluncurkan buku barunya yang berjudul "Konstitusi Kebudayaan dan Kebudayaan Konstitusi" pada Rabu (23/8). Dalam kesempatan tersebut, di awal sambutannya Jimly mengatakan, bahwa royalti yang diperoleh penulis buku di Indonesia tidak seberapa.

"Kalau di Amerika, penulis buku itu apalagi yang best seller, wah itu menghasilkan pendapatan luar biasa seperti bintang film," ucap Jimly pada saat peluncuran bukunya di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), rabu (23/8).

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut mengatakan, bahwa penulis buku di Indoensia tidak mendapat apa-apa.  "Alhamdulilah, buku saya sudah 60, dan dari pengalaman mendapatkan royalti, itu setiap enam bulan hanya sedikit sekali dapatnya. Oleh karena itu, penulis buku di Indonesia harus siap untuk tidak dapat apa-apa," katanya di hadapan Rektor dan dosen-dosen UMJ.

Menurutnya, hal yang paling utama bagi penulis buku adalah apabila bukunya dibaca. Maka, ia menilai, promosi dan launching menjadi sangat penting. Jimly pun berharap, bukunya tersebut dapat menjadi peninggalan dan dibaca oleh mahasiswa dan dosen dan memberi inspirasi.

Buku berisi tujuh bab tersebut sebelumnya sudah diluncurkan di Universitas Indonesia (UI) Salemba. "Maka saya berterima kasih sekali buku ini diluncurkan di Salemba di UI dan sekarang disini (UMJ).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement