REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data tahunan Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, frekuensi kebakaran meningkat pada Agustus-Oktober. Kewaspadaan masyarakat dinilai menjadi faktor penting dalam mencegah dan menanggulangi bencana ini.
"Kewaspadaan menjadi penting serta menjaga lingkungan menjadi kewajiban tanggung jawab bersama," kata Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Belly Bilalusalam kepada Republika.co.id, Rabu (23/8).
Politikus PPP ini mengatakan, edukasi mengenai pencegaham kebakaran harus dilakukan secara lebih masif. Misalnya, Pemprov DKI Jakarta perlu menganjurkan pemakaian bahan-bahan kelistrikan berstandar nasional. Pemerintah juga perlu menyediakan hidrant yang memadai, khususnya di lingkungan padat penduduk.
Ia juga mengapresiasi Pemda DKI Jakarta dan Pemkot Jakarta Timur atas kesiagaan dalam memenuhi kebutuhan warga. "Saya tadi interaksi dengan warga dan RT setempat. Untuk kebutuhan makanan cukup, kesehatan juga kebutuhan lain seperti selimut, baju juga cukup memadai," ujar Belly. Mengenai pemenuhan tempat tinggal paskakebakaran, Belly berharap Badan Amil, Zakat, Infak, dan Shodaqoh (BAZIS) DKI maupun Kota Jakarta Timur turut hadir membantu dalam hal perbaikan rumah warga yang terbakar.
Sekretaris Daerah Saefullah berharap pemadam kebakaran menjadi garda terakhir untuk mengatasi insiden kebakaran. Pengerahan damkar menjadi lamgkah terakhir ketika api telah berkobar. "Nah masyarakat supaya ekstra hati hati lagi. Perhatikan jangan ada main api, kompor dimatikan kalau sudah nggak dipakai. Sambungan listrik dikontrol jangan sampai ada konsleting. Kan penyebabnya hanya itu aja," kata dia.