Kamis 24 Aug 2017 01:00 WIB

Kemerdekaan Pangan

Warga menjemur singkong di Desa Menawan, Gebog, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (9/3). Singkong yang di jemur hingga kering atau di sebut Gaplek tersebut di jual Rp20 ribu per karung untuk di jadikan bahan makanan tradisional seperti Tiwul, Gatot dan Kenyol.
Foto: Yusuf Nugroho/Antara
Warga menjemur singkong di Desa Menawan, Gebog, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (9/3). Singkong yang di jemur hingga kering atau di sebut Gaplek tersebut di jual Rp20 ribu per karung untuk di jadikan bahan makanan tradisional seperti Tiwul, Gatot dan Kenyol.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Achmad Tshofawie *)

72 tahun usia bangsa kita merdeka. Bersyukur, negeri kita ditempatkan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai negeri tropis dengan segala keunggulannya: sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan yang melimpah, tanah yang dominan subur, laut yang luas, keragaman hayati yang sangat banyak, dadn sebagainya.

Berkaitan dengan keunggulan-keunggulan ini, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam ceramah-ceramah yang disampaikan di masyarakat kampus, seringkali memberikan masukan serta warning untuk bangsa ini. Utamanya, tentang peluang sekaligus tantangan berkaitan dengan keunggulan-keunggulan sumber daya yang diberikan kepada negeri kita, seiring dengan bertambahnya penduduk dunia, dimana Indonesia dengan posisi geografis dan geopolitiknya berpeluang dan berpotensi besar sebagai produsen dan pemasok pangan dunia.

Pada 2014, sekitar 16 persen penduduk dunia mengandalkan pasokan pangannya yang diproduksi dari luar negaranya (import). Angka ini diprediksi meningkat hingga 50 persen di 2050 (Dan Stone,2014). Ini adalah persolan serius, dan memerlukan kerja sama yang berkeadilan dari para pemimpin dunia. Potensi yang unggul yang diamanatkan ke bangsa kita bisa sekaligus sebagai ancaman untuk bangsa kita dari  hegemoni bangsa luar melalui berbagai cara. Bisa soft power atau hard power, atau kombinasi keduanya.

Pentingnya kemerdekaan pangan.

Banyak terminologi berkaitan dengan kemerdekaan pangan. Beberapa di antaranya : Kemerdekaan pangan dapat berarti kemandirian pangan yang berakar dari keberlanjutan sumberdaya dan merupakan konsep kunci dari gerakan ketahanan pangan. Kemerdekaan pangan memiliki banyak makna dari solusi energi alternatif untuk membuat pilihan makanan yang lebih sehat dengan memanfaatkan teknologi, baik yang bersifat tradisional maupun kekinian.

Variabel-variabel kemerdekaan pangan bermula dari lahan, kemudian kebebasan sumber benih, pupuk, peralatan, kemudahan akses permodalan, kemudahan pascapanen dan akses pemasaran. Lahan yang merupakan modal sangat penting dalam kemerdekaan pangan adalah mutlak keberadaannya. Lahan-lahan subur mesti ada dan wajib diproteksi oleh semua pihak, terlebih di era global. Dimana serbuan land grabbing oleh investor multi national corporate atas nama investasi dan pertumbuhan berlangsung massive. Tidak akan ada kemerdekaan pangan tanpa penguasaan lahan.

Benih sumber pangan harus diperhatikan betul.Apakah kebijakan yang diambil sudah menuju ke arah terwujudnya kemerdekaan pangan? Apakah regulasi tentang benih di sistem budidaya hanya untuk melayani kepentingan para globalis yang rata-rata merupakan pemodal kuat dengan mazhab neoliberalisme-nya?

Perlu diperhatikan penguasaan benih berarti penguasaan manusia, dan itu berarti perbudakan manusia. Kita harus terus memompakan semangat kemandirian sumber benih kepada pelaku usaha utama yaitu petani dengan menyosialisasikan secara komprehensif kembali ke "benih pusaka/benih warisan/heirloom seed".

Tidak ada kemerdekaan pangan tanpa penguasaan benih. Tolak yang namanya "patent seed". Sebab benih adalah cikal bakal kehidupan. Penting untuk dipahami bahwa benih pusaka bukanlah hal baru. Seluruh gagasan di balik benih pusaka adalah bahwa mereka telah bertahan selama berabad-abad menggunakan penyerbukan terbuka dan teknik budidaya agroekologi, serta sudah teruji beradaptasi.

Benih pusaka seringkali berbeda berdasarkan zona iklim tertentu. Artinya benih-benih pusaka ini adalah kekayaan keragaman hayati kita yang tak ternilai harganya. Kelembagaan nirlaba yang mengelola benih pusaka/benih warisan, penting keberadaannya di tingkat masyarakat pertanian dan pemerintah, dengan tujuan pelestarian plasma nutfah sebanyak mungkin.

Sebagaimana maklum, negeri-negeri tropis menyimpan keragaman hayati yang sangat tinggi dimana manfaatnya sangat beragam. Ia bisa untuk sumber : pangan (food), pakan (feed), pupuk (fertilizer), bahan bakar (fuel), obat-obatan (pharmacy). Keragaman hayati yang melimpah hendaknya disyukuri, karena itu berarti Tuhan Yang Mah Esa "lebih senang berkreasi" di negeri-negeri beriklim tropis. Benih pusaka sering tumbuh dari tahun ke tahun di berbagai pelosok daerah terpencil di berbagai negeri .

Ada hasil riset yang layak untuk jadi referensi. Penelitian USDA (United Stated Departemen of Agriculture) telah membuktikan bahwa hanya dalam lima puluh tahun terakhir, banyak nutrisi yang kita dapatkan dari buah-buahan, biji-bijian, dan sayuran segar telah menurun secara signifikan sebagai akibat langsung dari benih transgenik dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan lainnya (Paul Clarke, 2014; Don M.Huber, 2014).

Memulai melestarikan benih pusaka adalah  langkah  strategis . Disinilah kemandirian pangan benar-benar lepas landas karena kita telah menyingkirkan ketergantungan kita pada perusahaan global agrotech komersial untuk sumber pangan kita.

Kunci untuk melestarikan benih berkualitas tinggi untuk panen setiap musim adalah penyerbukan terbuka. Dengan membiarkan tanaman  berinteraksi secara alami satu sama lain, berarti kita sedang mengupayakan kesehatan benih sumber-sumber pangan selama bertahun-tahun yang akan datang. Inilah salahsatu karakteristik agroekologi.

Berkaitan dengan agroekologi, beberapa negara di Skandinavia sudah berkomitmen secara jelas. Demikian juga Rusia di bawah Presiden  Vladimir Putin di tahun 2016 seperti yang dilaporkan dalam artikel Baxter Dmtry.

Mewaspadai soft power hegemoni asing.

Dr Henry Kissinger, orang yang diakui sebagai ahli strategi geopolitik, pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (State Secretary) Amerika Serikat, mentor beberapa Presiden Amerika Serikat, juga tokoh terkemuka di Bilderberg Foundation,s angat terkenal dengan pernyataan strategisnya. Pernyataan ini masih dijadikan acuan politik luar negeri Amerika Serikat walaupun rezimnya berganti. Ia berkata: " Control oil, control nations. Control money, control the world. Control food, control the people".

Kerja sama yang sinergis antara pebisnis global dengan pemegang kebijakan negara-negara barat pernah diungkap secara gamblang oleh Joseph Brewda dalam tulisannya yang berjudul "Kissinger's 1974 Plan for Food Control Genocide", disebutkan 13 negeri-negeri kunci dimana USA mempunyai kepentingan strategis dan politik khusus. Ke-13 negeri-negeri itu adalah: India, Bangladesh, Pakistan, Indonesia, Thailand, Filipina, Turki, Nigeria,Egypt, Ethiopia, Mexico, Brazil, Colombia.

Dalam modus operandinya bisa menggunakan softpower maupun hardpower. Inilah salah satu dasar pemikiran yang menjadikan politik hegemoni barat. Bisa jadi untuk urusan pangan dunia, para globalis menggunakan strategi soft power, untuk tujuan global mereka.

Simak statement "control food, control the people", bagi kita sebagai sebagai suatu entitas bangsa, Indonesia perlu mewaspadai dan mengantisipasi hal tersebut. "Control the people" itu bisa dibaca apakah sebagai upaya depopulasi? Kita juga harus ingat, variabel-variabel yang terkait "food" itu adalah benih, pupuk, pestisida kimia, food additive, dan sebagainya.

Adalah menjadi tugas extra lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah dan masyarakat memastikan pangan yang halal dan baik. Kita tidak boleh lengah dalam jebakan strategi asing yang ingin melemahkan jiwa raga bangsa kita.Memperhatikan pangan itu malah perintah dalam Alquran Surat Abasa ayat 24. "Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya". Kata "memperhatikan" itu luas maknanya. Perhatikanlah kondisi kesehatan lahannya, sifat benihnya, tata cara budidaya, processingnya, kandungan nutrisi, dan seterusnya.

Relevansi kemandirian pangan.

Banyak orang sekarang beralih ke pangan mandiri: memproduksi  pangan sendiri, menggunakan benih pusaka non-transgenik dan tanpa menggunakan pestisida kimia. Di halaman-halaman rumah, gedung perkantoran, di lahan-lahan kosong selayaknya terkumpulkan sumber daya yang berkaitan dengan ketahanan pangan.

Sumber pangan lokal penting untuk diperhatikan  dalam konteks "footprint ecology".Banyak alasan untuk mencari pangan lokal, mulai dari pengurangan konsumsi energi secara keseluruhan hingga keikutsertaan dalam jaringan lokal. Menumbuhkan pangan sendiri dan berbagi secara lokal merupakan langkah menuju kebebasan!

Salahsatu contoh di Swiss. Orang menumbuhkan jatah mereka sendiri dan menukar sayuran dengan tetangga mereka. Jaringan lokal yang kuat merupakan kunci utama untuk kemandirian pangan. Kita juga bisa belajar dari  masyarakat adat yang sudah arif bersenyawa dengan alam  dalam praktik agroekologi.

Strategi solusi

Dalam rangka mewujudkan kemandirian  pangan sehat, penulis memberikan solusi yang disebut strategi BAHARI

terdiri dari :

# Brainpowering : pencerdasan tentang politik pangan berkelanjutan/agroekologi,terutama untuk stakeholder

pemangku kekuasaan,tokoh masyarakat pangan,dsb.

# Accessibility: kemampuan mengakses teknologi ramah lingkungan, kemudahan permodalan, kemudahan mengakses pemasaran.

# Hardwork ethos improvement: peningkatan ethos kerja keras,kerja cerdas dan kerja ikhlas (zuhud)

# Attractive area : kawasan sentra pangan dikelola dengan teknologi bersih, sehingga menjadi kawasan yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan dan tempat pembelajaran agroekologi.

# Recovery&Regulation Improvement: Perbaikan dan pemulihan ekosistem yang rusak secara komprehensif dan berkala,serta perbaikan regulasi di sektor pangan.

# Infrastructure & Institutional building: Pembangunan infrastruktur seperti jalan ke sentra-sentra produksi, jembatan, irigasi, pelabuhan,pasar rakyat,jaringan listrik,unit penyimpanan dan processing, jaringan telekomunikasi,dsb.

Penting juga penguatan institusi/kelembagaan masyarakat pertanian yang bisa menjadi jembatan dan akselerator kesejahteraan petani.Sesuai amanat UUD 1945, peran lembaga koperasi sektor pangan yang mengatur tata niaga produk pangan yang berkeadilan sangat dibutuhkan.

Dalam implementasi strategi "BAHARI", diperlukan kondisi aman dan tertib,mengingat sektor pangan termasuk vital, maka keberadaan TNI-Polri dibutuhkan, bergotong royong dengan masyarakat pertanian dan pelaku bisnis produk pertanian. Memperhatikan fungsi TNI diantaranya pertahanan negara dan kesatuan bangsa,maka fungsi teritorial lah yang dijadikan sebagai landasan.

Jadi sangat wajar ada percontohan-percontohan lumbung-lumbung pangan di bawah kendali teritorial masing-masing Kodam, terlebih di daerah-daerah perbatasan dengan negara lain. Kemudian sebagai upaya persiapan pula jika terjadi konflik perang sungguhan dengan pihak luar, atau pengiriman pasukan dalam misi perdamaian, memerlukan logistik yang lebih dari cukup. Sejarah di abad era pertengahan dan perang dunia bahkan hingga kini, membuktikan bahwa pangan bisa berperan sebagai senjata.

Ringkasnya kemerdekaan pangan itu : produksi pangan yang halal, sehat dan bergizi melimpah karena lahan tanah, air dan udaranya sehat; biaya input produksi bisa ditekan, benih dan pupuk bisa mandiri, masyarakat luas mudah mendapatkan karena jaringan distribusi yang rapih, struktur harga terkendali dan relatif terjangkau, petani dan pedagang kecil sejahtera.

Dengan terpenuhinya pangan yang sehat dan bergizi, problema yang dikhawatirkan yaitu lost generation (LG) generasi yang hilang, tidak akan terjadi. Sebab bukan tidak mungkin lost generation bisa bermetamorfosis menjadi lost nation (bangsa yang hilang) jika tidak ditangani sungguh-sungguh. Tentunya hal tersebut jangan sampai terjadi.

Ada korelasi yang kuat antara kondisi lahan tanah-air-udara yang sehat (lingkungan sehat) dengan pangan sehat dan bergizi. Suatu bangsa yang merusak tanah-air-udara nya,sama dengan merusak dirinya sendiri. Pangan sehat, masyarakat sehat, negara kuat. Itulah kondisi life's good (LG +).Kita adalah seperti apa yang kita makan.

Mengingat kondisi sumberdaya yang potensial, maka Indonesia layak dan Insya Allah bisa menjadi produsen pangan sehat terkemuka  dunia, karena kita sadar bahwa fitrah manusia ditakdirkan sebagai pemakmur bumi dan bukan perusak bumi.

Dirgahayu negeri ku. Tanahku yang kucintai, engkau kuhargai.

Salam sebangsa, setanah air, dan seudara.

*) Keluarga FKPPI, peminat politik pangan dan lingkungan, alumni IPB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement