Rabu 23 Aug 2017 13:38 WIB

Busana Adat dalam Perayaan Kemerdekaan Indonesia

Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Kalsel saat upacara peringatan HUT ke-72 RI di Istana Negara
Foto: Debbie Sutrisno
Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Kalsel saat upacara peringatan HUT ke-72 RI di Istana Negara

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Willy Bachtiar *)

Terdapat pemandangan menarik dan langka pada perayaan kemerdekaan Indonesia ke-72 di Istana Negara Jakarta dimana 3 mantan Presiden ikut hadir dalam acara tersebut. Namun, yang paling menyita perhatian adalah penggunaan busana adat yang dikenakan Presiden, Wakil Presiden beserta para tamu undangan yang hadir. Bagaimana tidak, sepanjang sejarah sejak kemerdekaan tahun 1945 baru kali ini penggunaan busana adat menjadi pakaian yang harus dikenakan.

Menghadirkan fenomena “atribut” penampilan para tamu negara yang hadir dalam upacara memperingati kemerdekaan Indonesia menjadi topik yang akan dibahas dalam tulisan ini. Pesan politik tampaknya tidak cukup tepat untuk menggambarkan peristiwa bersejarah yang terjadi pada Kamis (17/8/2017) yang biasanya tersaji melalui pidato, atau slogan serta sikap dan perilaku yang ditampilkan melalui media. Busana juga bisa menjadi alat atau unsur penting untuk menyampaikan pesan sekaligus membangun citra diri.

Pakar semiotika Prancis, Roland Barthes (1915-1980) berpandangan bahwa model pakaian seseorang disesuaikan dengan fungsinya sebagai tanda. Tanda itu akan membedakan jenis pakaian antara baju dinas/kantor dan kostum olahraga, pakaian kasual, seragam upacara, atau baju untuk musim tertentu. Lebih jauh, pakaian menjadi simbol dari status sosial, identitas kultural, bahkan ideologi dan politik.

Seringkali orang berpendapat bahwa pakaian yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja, namun pakaian tradisional juga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui kepribadian suatu bangsa. Banyak negara yang mempertahankan model pakaian tertentu sebagai identitas atau ciri dari negaranya.

Oleh karena itu, orang-orang sering menyebutnya dengan pakaian nasional atau suku tertentu. Akan tetapi tidak setiap negara atau suku tertentu mengenakan pakaian nasional-nya itu dalam kehidupan sehari-hari. Pakaian penanda identitas suatu negara atau kelompok tertentu lebih sering dikenakan pada kesempatan khusus semacam peringatan hari besar atau upacara-upacara tertentu.

Perkembangan pakaian tradisional dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan walaupun terjadi secara lambat. Hal ini bisa jadi dipengaruhi oleh perkembangan gaya berbusana yang dari hari ke hari mengalami pergeseran. Bermacam-macam model, warna, motif hingga jenis kain yang digunakan dalam pakaian tradisional dapat saja berubah, namun secara mendasar bentuk umumnya tetap sama

Pakaian tradisional sangat sulit mengalami perubahan karena dipercayai masyarakat sebagai suatu sistem aturan atau adat-istiadat yang harus dipegang, dilestarikan dan bahkan telah membentuk pola perilaku hingga menjadi kebiasaan masyarakat tersebut.

Pada zaman modern ini pemakaian pakaian tradisional hampir tidak dipergunakan untuk busana sehari-hari karena pada umumnya kurang praktis dalam pemakaianya. Masyarakat mempergunakan pakaian tradisional hanya dalam acara-acara tertentu seperti pernikahan, upacara adat, dan acara kenegaraan saja.

Namun, melihat apa yang ditampilkan oleh para petinggi Negara di Istana Merdeka tentu memberikan angin segar dan rasa percaya diri bahwa pakaian adat bisa digunakan dalam keseharian, walaupun mungkin tidak secara utuh dalam balutan busana melainkan bisa hanya dengan memadukan kerah dengan motif khas daerah tertentu, menggunakan songket dan lain sebagainya sehingga nilai-nilai tradisioanl dan budaya Indonesia yang begitu indah nan memikat akan terlestarikan.

Memaknai peringatan HUT RI Ke 72 kemarin lebih dari sekedar sebuah seremonial. Lebih dari itu, memperilhatkan kesan yang kuat dari adanya keinginan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang nilai budaya Indonesia yang beragam dan begitu luar biasa sehingga kita tidak perlu lagi mendompleng budaya-budaya popular yang masuk dari negara-negara asing, kita patut berbangga lahir dan menjadi bagian dari Negara Indonesia ini.

Indonesia memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam. Hampir setiap suku di Indonesia memiliki ciri dan khasnya masing-masing. Hal ini dapat ditunjukkan pada pakaian dan adat-istiadat. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan munculnya pesan kebinekaan dan perdamaian yang disajikan dalam panggung utama perayaan HUT RI Ke 72 kemarin, dimana hal ini dipandang tepat dan relevan dengan kondisi masyarakat saat ini yang cukup sering diguncang isu SARA dan perpecahan antar kelompok maupun golongan.

*) Akademisi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement